Pages

Jumat, 17 Maret 2017

Kriteria Media Pembelajaran Geografi

Mata pelajaran geografi merupakan salah satu mata pelajaran yang idealnya membutuhkan banyak media pembelajaran. Hal tersebut sebagai penunjang keberhasilan penyampaian materi kepada peserta didik, mengingat demikian luasnya kajian keruangan fenomena-fenomena permukaan bumi yang harus dipelajari dalam geografi. Untuk menjelaskan materi pada kompetensi dasar tertentu, diperlukan media pembelajaran tertentu yang spesifik pula. Penggunaan media yang tepat dan baik dalam pembelajaran diharapkan dapat membangkitkan motivasi belajar siswa. Selain itu media juga berfungsi sebagai alat komunikasi dalam menyampaikan pesan (materi pembelajaran) yang lebih konkret sehingga mudah dipahami oleh siswa. Pembelajaran geografi yang lingkup kajiannya ruang muka bumi dengan ciri pendekatan spasial (keruangan) maka diperlukan media yang sesuai, agar materi pembelajaran dapat tersampaikan dengan baik kepada siswa. Untuk itu diperlukan media pembelajaran geografi yang kontekstual, inovatif, dan menarik.

 Berdasarkan paradigma konstruktivisme, media menempati posisi cukup strategis dalam rangka mewujudkan proses belajar geografi secara optimal. Proses belajar yang optimal merupakan salah satu indikator untuk mewujudkan hasil belajar peserta didik yang optimal pula. Hasil belajar yang optimal juga merupakan salah satu cerminan hasil pendidikan yang berkualitas. Dalam era perkembangan Iptek yang begitu pesat dewasa ini, profesionalisme guru tidak cukup hanya dengan kemampuan membelajarkan siswa, tetapi juga harus mampu mengelola informasi dan lingkungan untuk memfasilitasi kegiatan belajar siswa. Konsep lingkungan meliputi tempat belajar, metode, media, sistem penilaian, serta sarana dan prasarana yang diperlukan untuk mengemas pembelajaran dan mengatur bimbingan belajar sehingga memudahkan siswa belajar. Dampak perkembangan Iptek terhadap proses pembelajaran, yakni diperkayanya sumber dan media pembelajaran, seperti buku teks, modul, overhead transparansi, film, video, televisi, slide, hypertext, web, dan sebagainya. Masalah yang sering ditemui di lapangan/di sekolah, sampai saat ini masih ada guru geografi yang tidak menggunakan media dalam mengajar. Berdasarkan pengalaman, pengamatan, dan diskusi dengan guru geografi ada beberapa alasan guru tidak menggunakan media pembelajaran, yaitu menggunakan media itu repot. Mengajar dengan menggunakan media perlu persiapan. Apalagi kalau media itu semacam OHP, audio visual, VCD, slide projector atau internet, guru merasa mengalami kerepotan dalam mempersiapkan media pembelajaran. Alasan yang lain, yaitu guru geografi tidak bisa menggunakan media yang canggih dan terlalu berat karena harganya mahal. Beberapa guru mengalami demam teknologi dalam menggunakan media yang canggih. Guru merasa takut dengan peralatan elektronik, takut terkena setrum, takut konsleting, takut salah pijit, dan parahnya lagi takut rusak. Akibatnya media seperti OHP, audio-visual atau slide projector yang telah dimiliki tidak digunakan dan tetap tersimpan rapih di ruang kepala sekolah. Adanya anggapan bahwa media itu merupakan sebuah hiburan, juga menjadi alasan bagi guru untuk tidak menggunakan media. Media dianggap membuat murid main-main dan tidak serius dalam belajar. Selain itu, guru tidak menggunakan media saat mengajar juga dikarenakan media pembelajaran tidak tersedia. Sedangkan guru tidak inisiatif untuk membuat media sendiri. Dirasa jika membuat media memerlukan banyak waktu dan biaya. Berdasarkan permasalahan tersebut, guru geografi dituntut mampu memilih dan menggunakan berbagai jenis media pembelajaran yang ada di sekitarnya. Guru geografi harus mampu menggunakan alat-alat yang dapat disediakan oleh sekolah dan tidak menutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut sesuai dengan perkembangan serta tuntutan zaman. Guru geografi sekurang-kurangnya dapat menggunakan alat yang murah dan efisien. Meskipun sederhana, tetapi hal tersebut merupakan keharusan dalam upaya mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan. Selain menggunakan alat-alat yang tersedia, guru juga dituntut untuk dapat mengembangkan keterampilan membuat media pengajaran yang akan digunakannya apabila media tersebut belum tersedia. Untuk itu guru geografi harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pembelajaran geografi. Hal tersebut sesuai dengan Hamalik (dalam Arsyad, 2002:2), mengemukakan beberapa hal tentang media pembelajaran, yaitu sebagai berikut. Media sebagai alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses belajar mengajar. Fungsi media dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Seluk-beluk proses belajar Hubungan antara metode mengajar dan media pendidikan. Nilai atau manfaat media pendidikan dalam pengajaran. Pemilihan dan penggunaan media pendidikan. Berbagai jenis alat dan teknik media pendidikan. Media pendidikan dalam setiap pelajaran. Usaha inovasi dalam media pendidikan. Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan pembelajaran di sekolah pada khususnya. Untuk itu diperlukan strategi dalam pemilihan media pembelajaran, khususnya pembelajaran geografi. Media pembelajaran geografi harus disesuaikan dengan materi pelajaran, mengingat pelajaran geografi sangat luas yang terdiri dari konsep abstrak dan konsep konkret. B. Teknik Pemilihan Media Pembelajaran Geografi Pembelajaran merupakan proses komunikasi dan berlangsung dalam suatu sistem. Penyampaian materi melalui media pembelajaran menempati posisi yang cukup penting sebagai salah satu komponen sistem pembelajaran. Tanpa media, komunikasi tidak akan terjadi dan proses pembelajaran sebagai proses komunikasi juga tidak akan bisa berlangsung secara optimal. Berdasarkan paradigma konstruktivisme, media menempati posisi cukup strategis dalam rangka mewujudkan proses belajar geografi secara optimal. Proses belajar yang optimal merupakan salah satu indikator untuk mewujudkan hasil belajar peserta didik yang optimal pula. Hasil belajar yang optimal juga merupakan salah satu cerminan hasil pendidikan yang berkualitas. Dalam era perkembangan Iptek yang begitu pesat dewasa ini, profesionalisme guru tidak cukup hanya dengan kemampuan membelajarkan siswa, tetapi juga harus mampu mengelola informasi dan lingkungan untuk memfasilitasi kegiatan belajar siswa. Konsep lingkungan meliputi tempat belajar, metode, media, sistem penilaian, serta sarana dan prasarana yang diperlukan untuk mengemas pembelajaran dan mengatur bimbingan belajar sehingga memudahkan siswa belajar. Keberhasilan menggunakan media dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar tergantung pada (1) isi pesan, (2) cara menjelaskan pesan, dan (3) karakteristik penerima pesan. Dengan demikian dalam memilih dan menggunakan media, perlu diperhatikan ketiga faktor tersebut. Tidak berarti bahwa semakin canggih media yang digunakan akan semakin tinggi hasil belajar atau sebaliknya. Untuk tujuan pembelajaran tertentu dapat saja penggunaan papan tulis lebih efektif dan lebih efesien daripada penggunaan LCD, apabila bahan ajarnya dikemas dengan tepat serta disajikan kepada siswa yang tepat pula. Ada beberapa kriteria umum yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media. Namun demikian secara teoritik bahwa setiap media memiliki kelebihan dan kelemahan yang akan memberikan pengaruh kepada efektivitas program pembelajaran. Sejalan dengan hal itu, pendekatan yang ditempuh adalah mengkaji media sebagai bagian integral dalam proses pendidikan yang kajiannya akan sangat dipengaruhi beberapa kriteria umum, yaitu kesesuaian dengan tujuan pembelajaran, materi, fasilitas, karakteristik siswa, gaya belajar, dan teori. Hal tersebut dapat dilihat pada bagan berikut: Berdasarkan bagan tersebut dapat diuraian sebagai berikut. Kesesuaian dengan tujuan (Instructional Goals). Perlu dikaji tujuan pembelajaran apa yang ingin dicapai dalam suatu kegiatan pembelajaran. Dari tujuan instruksional ini bisa dianalisis media apa yang cocok guna mencapai tujuan tersebut. Selain itu kriteria pemilihan media didasarkan atas kesesuaiannya dengan standar kompetensi, komptensi dasar, dan terutama indikator. Kesesuaian dengan materi pembelajaran (Instructional Content), yaitu bahan atau kajian apa yang akan diajarkan pada program pembelajaran tersebut. Pertimbangan lainnya, dari bahan atau pokok bahasan tersebut sampai sejauh mana kedalaman yang harus dicapai, dengan demikian kita bisa mempertimbangkan media apa yang sesuai untuk penyampaian bahan tersebut. Kesesuaian dengan karakteristik guru dan siswa. Media harus familiar dengan karakteristik guru dan siswa, yaitu mengkaji sifat-sifat dan ciri media yang akan digunakan. Pemilihan media harus disesuaikan dengan karakteristik siswa, tidak semua media bisa diterima oleh seluruh siswa. Kesesuaian dengan teori, media yang dipilih bukan karena fanatisme guru terhadap suatu media yang dianggap disukai dan paling bagus, namun didasarkan atas teori yang diangkat dari penelitian dan riset sehingga telah teruji validitasnya. Kesesuaian dengan gaya belajar siswa. Kriteria ini didasarkan atas kondisi psikologis siswa, bahwa siswa belajar dipengaruhi oleh gaya belajar siswa. Dalam Quantum learning, ada tiga gaya belajar siswa yang sering disebut sebagai VAK, yaitu visual, audio, dan kinestetik. Kesesuaian dengan kondisi lingkungan, fasilitas pendukung, dan waktu yang tersedia. Bagaimanapun bagusnya media apabila tidak didukung oleh fasilitas dan waktu yang tersedia maka kurang efektif. Secara operasional ada sejumlah pertimbangan dalam memilih media pembelajaran yang tepat, yaitu sebagai berikut. Access, Kemudahan akses menjadi pertimbangan pertama dalam memilih media. Apakah media yang diperlukan itu tersedia, mudah dan dapat dimanfaatkan oleh murid? Misalnya, kita ingin menggunakan media internet, perlu dipertimbangkan terlebih dahulu, apakah ada saluran untuk koneksi ke internet, adakah jaringan teleponnya? Akses juga menyangkut aspek kebijakan, misalnya apakah murid diizinkan untuk menggunakan komputer yang terhubung ke internet? Jangan hanya kepala sekolah saja yang boleh menggunakan internet, tetapi juga guru/karyawan dan murid. Bahkan murid lebih penting untuk memperoleh akses. Cost, Biaya juga harus menjadi bahan pertimbangan. Banyak jenis media yang dapat menjadi pilihan kita. Media pembelajaran yang canggih biasanya mahal. Namun biaya itu harus kita hitung dengan aspek manfaat. Sebab semakin banyak yang menggunakan, maka unit cost dari sebuah media akan semakin menurun. Technology, Mungkin saja kita tertarik kepada satu media tertentu. Tetapi kita perlu memperhatikan apakah teknisinya tersedia dan mudah menggunakannya? Katakanlah kita ingin menggunakan media audio visual untuk di kelas, perlu kita pertimbangkan, apakah ada aliran listriknya, apakah voltase listriknya cukup dan sesuai, bagaimana cara mengoperasikannya? Interactivity, Media yang baik adalah yang dapat memunculkan komunikasi dua arah atau interaktivitas. Semua kegiatan pembelajaran yang akan dikembangkan oleh guru tentu saja memerlukan media yang sesuai dengan tujuan pembelajaran tersebut. Organization, Pertimbangan yang juga penting adalah dukungan organisasi. Misalnya apakah pimpinan sekolah atau pimpinan yayasan mendukung? Bagaimana pengorganisasiannya? Apakah di sekolah tersedia sarana yang disebut pusat sumber belajar? Novelty, Kebaruan dari media yang akan dipilih juga harus menjadi pertimbangan. Sebab media yang lebih baru biasanya lebih baik dan lebih menarik bagi murid. Dari beberapa pertimbangan di atas, yang terpenting adalah adanya perubahan sikap guru agar mau memanfaatkan dan mengembangkan media pembelajaran yang ”mudah dan murah”, dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada di lingkungan sekitarnya serta memunculkan ide dan kreativitas yang dimilikinya. B. Jenis Media Pembelajaran Geografi Media pembelajaran diklasifikasi berdasarkan tujuan pemakaian dan karakteristik jenis media. Terdapat lima model klasifikasi, yaitu menurut: (1) Wilbur Schramm, (2) Gagne, (3) Allen, (4) Gerlach dan Ely, dan (5) Ibrahim. Menurut Schramm, media digolongkan menjadi media rumit, mahal, dan media sederhana. Schramm juga mengelompokkan media menurut kemampuan daya liputan, yaitu (1) liputan luas dan serentak seperti TV, radio, dan faksimile; (2) liputan terbatas pada ruangan, seperti film, video, slide, poster audio tape; (3) media untuk belajar individual, seperti buku, modul, program belajar dengan komputer dam telpon. Menurut Gagne, media diklasifikasi menjadi tujuh kelompok, yaitu benda untuk didemonstrasikan, komunikasi lisan, media cetak, gambar diam, gambar bergerak, film bersuara, dan mesin belajar. Ketujuh kelompok media pembelajaran tersebut dikaitkan dengan kemampuannya memenuhi fungsi menurut hirarki belajar yang dikembangkan, yaitu pelontar stimulus belajar, penarik minat belajar, contoh perilaku belajar, memberi kondisi eksternal, menuntun cara berpikir, memasukkan alih ilmu, menilai prestasi, dan pemberi umpan balik. Menurut Allen, terdapat sembilan kelompok media, yaitu: visual diam, film, televisi, obyek tiga dimensi, rekaman, pelajaran terprogram, demonstrasi, buku teks cetak, dan sajian lisan. Di samping mengklasifikasikan, Allen juga mengaitkan antara jenis media pembelajaran dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Allen melihat bahwa, media tertentu memiliki kelebihan untuk tujuan belajar tertentu tetapi lemah untuk tujuan belajar yang lain. Allen mengungkapkan enam tujuan belajar, antara lain: info faktual, pengenalan visual, prinsip dan konsep, prosedur, keterampilan, dan sikap. Setiap jenis media tersebut memiliki perbedaan kemampuan untuk mencapai tujuan belajar; ada tinggi, sedang, dan rendah. Menurut Gerlach dan Ely, media dikelompokkan berdasarkan ciri-ciri fisiknya atas delapan kelompok, yaitu benda sebenarnya, presentasi verbal, presentasi grafis, gambar diam, gambar bergerak, rekaman suara, pengajaran terprogram, dan simulasi. Menurut Ibrahim, media dikelompokkan berdasarkan ukuran serta kompleks tidaknya alat dan perlengkapannya atas lima kelompok, yaitu media tanpa proyeksi dua dimensi; media tanpa proyeksi tiga dimensi; media audio; media proyeksi; televisi, video, komputer. Berdasarkan pemahaman atas klasifikasi media pembelajaran tersebut, akan mempermudah para guru atau praktisi lainnya dalam melakukan pemilihan media yang tepat pada waktu merencanakan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Pemilihan media yang disesuaikan dengan tujuan, materi, serta kemampuan dan karakteristik pebelajar, akan sangat menunjang efisiensi dan efektivitas proses dan hasil pembelajaran. Jenis media pembelajaran geografi adalah semua media yang tentunya sesuai dengan materi pelajaran dan keadaan lingkungan sekolah. Media pembelajaran dalam geografi tidak hanya berupa alat peraga saja, tetapi lingkungan sekitar juga merupakan media dalam pembelajaran geografi. Hal itu mengingat bahwa pelajaran geografi membahas tentang fenomena-fenomena yang ada di lingkungan sekitar. C. Media Ideal dalam Pembelajaran Geografi Media pembelajaran geografi yang ideal harus disesuaikan dengan konsep dalam pembelajaran geografi. Menurut Gagne (dalam Dahar, 1988:9-10) konsep dibagi dalam dua kategori, yaitu konsep konkret dan konsep terdefinisi (abstrak). Konsep konkret (concrete concept) merupakan abstraksi atau gagasan yang diturunkan dari objek konkret atau peristiwa-peristiwa (fenomena) yang konkret. Contoh dari konsep konkret, yaitu matahari, komet, planet, dan lain sebagainya. Selain itu konsep terdefinisi (konsep abstrak) merupakan abstraksi atau gagasan yang dapat diturunkan dari objek-objek abstrak. Contoh dari konsep terdefinisi, yaitu teori nebula, teori pasang, teori planetesimal, dan lain sebagainya. Berikut salah satu contoh media yang ideal dalam pembelajaran geografi. Media ini telah diuji validitasnya melalui penelitian yang dilakukan oleh Arif Baidlowi (2008). Penelitian ini berjudul ”Pengembangan Media Pembelajaran dengan Aplikasi Program Macromedia Flash Professional 8 pada Mata Pelajaran Geografi SMA Kelas X untuk Topik Hidrosfer”. Paparan penelitiannya adalah sebagai berikut. Seiring perkembangan ilmu dan teknologi, media pembelajaran yang digunakan semakin canggih melibatkan peran komputer dalam pembelajaran. Hofstetter (dalam Suyanto, 2003:21) mengatakan bahwa media pembelajaran menggunakan komputer adalah pemanfaatan komputer untuk membuat dan menggabungkan teks, grafik, audio, gambar bergerak seperti video atau animasi, dengan menggabungkan alat yang memungkinkan pemakai melakukan navigasi, interaksi, kreasi, dan komunikasi. Hidrosfer merupakan salah satu materi yang diajarkan pada mata pelajaran geografi SMA kelas X pada semester pertama. Materi tersebut mengkaji proses-proses alam dan objek-objek alam seperti: siklus air, proses-proses yang membentuk siklus air, berbagai jenis perairan, Daerah Aliran Sungai (DAS), air tanah, potensi air, penyebab dan dampak banjir, serta pengaruhnya bagi kehidupan manusia (Supriyanto dan Kusmono, 2004:106). Materi tersebut terdiri dari dua konsep, yaitu: konsep abstrak dan konkret. Konsep abstrak merupakan konsep yang tidak dapat diamati, seperti proses-proses alam, misalnya: proses siklus air, proses terjadinya danau tektonik, proses terjadinya sungai, dan proses terjadinya air tanah. Sedangkan konsep konkret merupakan konsep yang dapat diamati ataupun dilihat, seperti objek-objek alam, misalnya: sungai, danau, DAS, dan rawa. Berkaitan dengan karakteristik siswa tersebut, tidak semua materi dapat dipahami siswa dengan hanya membaca buku ataupun mendengarkan penjelasan guru. Terdapat materi yang memerlukan sarana yang dapat menampilkan konsep abstrak ke dalam bentuk yang konkrit. Proses-proses alam seperti proses siklus hidrologi, pembentukan danau tektonik, volkanotektonik, sungai anteseden, sungai konsekuen merupakan konsep abstrak. Siswa memerlukan waktu dalam memahami dan membayangkan bagaimana proses tersebut terjadi, bahkan siswa yang memiliki kemampuan kognitif yang rendah akan mengalami kesulitan. Oleh karena itu, siswa membutuhkan media untuk membantu mereka dalam memahami proses-proses tersebut, yaitu dengan menggunakan media yang dapat menvisualisasikan konsep yang abstrak ke bentuk yang konkrit. Pada kenyatannya, guru dituntut berusaha agar materi yang disampaikan dapat dimengerti oleh siswa. Materi hidrosfer yang memiliki banyak proses fisik dan kenampakan objek alam sulit ditunjukkan tanpa menggunakan media. Oleh karena itu, diperlukan suatu media yang memungkinkan siswa dapat menggunakan alat indera secara optimal. Makin banyak alat indera yang digunakan untuk mempelajari sesuatu, makin mudah diingat apa yang dipelajari (Latuheru, 1988:9). Media pembelajaran dengan topik hidrosfer pada mata pelajaran geografi SMA kelas X masih terbatas pada media cetak berupa buku teks, LKS, dan modul. Media yang berbentuk CD pembelajaran khususnya yang mampu menampilkan teks, gambar, audio, video, dan animasi secara langsung, masih terbatas penggunaannya karena kelangkaan media tersebut sehingga sulit diperoleh. Hal tersebut disebabkan oleh minimnya pengembangan media selama ini. DAFTAR RUJUKAN Arsyad, Azhar. 2006. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Baidlowi, Arif. 2008. Pengembangan Media Pembelajaran dengan Aplikasi Program Macromedia Flash Professional 8 pada Mata Pelajaran Geografi SMA Kelas X untuk Topik Hidrosfer. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FMIPA Universitas Negeri Malang. Harjono, Agung Putra. 2005. Pengembangan Media CD Pembelajaran Interaktif Multimedia Berbasis Komputer untuk Topik Laut & Pesisir dan Pemanfaatannya Bagi Aktivitas Manusia. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Jurusan Geografi FMIPA UM.Nandi. 2006. Penggunaan Media Interaktif dalam Pembelajaran Geografi di Persekolahan. Jurnal ”GEA” Jurusan Pendidikan Geografi, 6 (1): 1-9. Santyasa, I Wayan. 2007. Landasan Konseptual Media Pembelajaran. Klungkung: FMIPA Universitas Pendidikan Ganesha. Universitas Negeri Malang. 2000. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang: UM Press. Sutjiono, Thomas W. A. 2005. Pendayagunaan Media Pembelajaran. Jurnal Pendidikan Penabur, No.04 / Th.IV / Juli 2005. _______. 2011. Klasifikasi Media Pembelajaran dalam Pendidikan, (Online), (http://batararayamedia.com, diakses tangga

0 komentar:

Posting Komentar