Sesuai dengan perkembangan
ilmu dan teknologi upaya pembaharuan bidang pendidikan atau pembelajaran
di Indonesia senantiasa dilakukan. Model pembelajaran geografi berbasis
teknologi multimedia yang secara sengaja dan kreatif dirancang untuk
membantu memecahkan permasalahan pembelajaran, kiranya merupakan
alternatif yang akan banyak memberikan manfaat dalam upaya peningkatan
kualitas pembelajaran geografi. Berbagai bentuk pengalaman belajar, baik
yang dapat dicapai di dalam kelas maupun di luar kelas dan pesan-pesan
pembelajaran, perlu dikemas dengan memperhatikan kaidah serta prinsip
teknologi pembelajaran dalam bentuk teknologi multimedia.
Dengan pemanfaatan teknologi multimedia
diharapkan pesan pembelajaran dapat dikemas lebih sistemik-sistematik
sehingga dapat diterima oleh siswa dengan baik dan mudah, serta
menciptakan pembelajaran yang menyenangkan(enjoyment atau joyful learning), fleksibel dalam dimensi waktu, serta mengembangkan potensi siswa secara individual.
I. PENDAHULUAN
Kemajuan di bidang teknologi pendidikan (educational technology), maupun teknologi pembelajaran (instructional technology) menuntut digunakannya berbagai media pembelajaran (instructional media) serta peralatan-peralatan yang semakin canggih (sophisticated).
Boleh dikatakan bahwa dunia pendidikan dewasa ini hidup dalam dunia
media, di mana kegiatan pembelajaran telah bergerak menuju dikuranginya
sistem penyampaian bahan pembelajaran secara konvensional yang lebih
mengedepankan metode ceramah, dan diganti dengan sistem penyampaian
bahan pembelajaran modern yang lebih mengedepankan peran pebelajar dan
pemanfaatan teknologi multimedia. Lebih-lebih pada kegiatan pembelajaran
yang menekankan pada kompetensi-kompetensi yang terkait dengan
keterampilan proses, peran media pembelajaran menjadi semakin penting.
Pembelajaran geografi yang dirancang secara baik dan kreatif dengan
memanfaatkan teknologi multimedia, dalam batas-batas tertentu akan dapat
memperbesar kemungkinan siswa untuk belajar lebih banyak, mencamkan apa
yang dipelajarinya lebih baik, dan meningkatkan kualitas pembelajaran
geografi, khususnya dalam rangka meningkatkan ketercapaian kompetensi
Sementara itu realitas yang ada dan terjadi terjadi di lapangan,
ada kesan bahwa kemampuan guru masih rendah. Sebagian besar dari mereka
masih berpredikat sebagai pelaksana kurikulum, bahkan di antara
kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan lebih bersifat rutinitas. Guru
belum siap menghadapi berbagai perubahan, di samping terbatasnya akses
pada materi pembelajaran mutakhir. Motivasi dan kesiapan belajar peserta
didik juga rendah. Kurangnya waktu belajar, lingkup materi yang sangat
luas, serta laju/akselerasi perubahan (change) di bidang ilmu,
teknologi dan seni berjalan begitu cepat. Realitas di lapangan yang
menunjukkan adanya keterbatasan media pembelajaran baik jenis maupun
jumlahnya, serta kemampuan guru memanfaatkan media masih kurang. Suasana
kelas kurang memotivasi peserta didik melakukan kegiatan belajar.
Demikian juga interaksi pembelajaran belum optimal.
Memperhatikan fenomena di atas, betapa kemampuan guru masih sangat
perlu untuk senantiasa ditingkatkan kualitasnya, terutama jika dikaitkan
dengan tuntutan tugas guru di era globaliasi saat ini yang ditandai
oleh semakin meluasnya penggunaan teknologi multimedia. Permasalahan
yang harus segera dipecahkan adalah: bagaimana upaya meningkatkan
kualitas pembelajaran geografi melalui pemanfaatan teknologi multimedia.
Apabila para guru mampu memanfaatkan, lebih-lebih mengembangkan
pembelajaran yang berbasis teknologi multimedia maka dipastikan mutu
pembelajaran akan meningkat lebih baik, terutama jika dikaitkan dengan
era saat ini yang dicirikan oleh teknologi informasi. Dengan demikian,
para guru lebih memiliki kompetensi mengajar sesuai tuntutan era
teknologi informasi dan mendukung optimalisasi pembelajaran.
II. TEKNOLOGI MULTIMEDIA
Heinich, dkk (1982) mengartikan istilah media sebagai “the term refer to anything that carries information between a source and a receiver”.
Sementara media pembelajaran dimaknai sebagai wahana penyalur pesan
atau informasi belajar. Batasan tersebut terungkap antara lain dari
pendapat-pendapat para ahli seperti Wilbur Schramm (1971), Gagne dan
Briggs (1970). Dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa
setidaknya mereka sependapat bahwa: (a) media merupakan wadah dari pesan
yang oleh sumber atau penyalurnya ingin diteruskan kepada sasaran atau
penerima pesan tersebut, dan (b) bahwa materi yang ingin disampaikan
adalah pesan pembelajaran, dan (c) bahwa tujuan yang ingin dicapai
adalah terjadinya proses belajar.
Yusufhadi Miarso (1985) memberikan batasan media pembelajaran
sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk merangsang fikiran,
perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong
terjadinya proses belajar pada diri siswa. Batasan yang sederhana ini
memiliki arti yang sangat luas dan mendalam, mencakup pengertian sumber,
lingkungan, manusia dan metode yang dimanfaatkan untuk tujuan
pembelajaran.
Konsep teknologi multimedia (TM) bukan sekadar penggunaan media
secara majemuk untuk pencapaian kompetensi tertentu, namun mencakup
pengertian perlunya integrasi berbagai jenis media yang digunakan dalam
suatu penyajian yang tersusun secara baik (sistemik dan sistematik).
Masing-masing media dalam teknologi multimedia ini dirancang untuk
saling melengkapi sehingga secara keseluruhan media yang digunakan akan
menjadi lebih besar peranannya dari pada sekedar penjumlahan dari
masing-masing media. Dengan demikian teknologi multimedia yang dimaksud
dalam tulisan ini tidak semata-mata penggunaan berbagai media secara
bersamaan, namun mensyaratkan atau identik dengan teknologi multimedia
yang berbasis komputer, interaktif dan pembelajaran mandiri. Dengan TM
yang berbasis komputer juga terkandung sifat interaktif antara siswa
dengan media secara individual. Maka konsep teknologi multimedia selalu
berkonotasi atau identik dengan media pembelajaran yang berbasis
computer, interaktif dan mandiri.
Bentuk-bentuk teknologi multimedia yang banyak digunakan di
kelas/sekolah adalah kombinasi multimedia dalam bentuk satu kit
(perangkat) yang disatukan. Satu perangkat (kit) multimedia adalah
gabungan bahan-bahan pembelajaran yang meliputi lebih dari satu jenis
media dan disusun atau digabungkan berdasarkan atas satu topik tertentu.
Perangkat (kit) ini dapat mencakup slide, film, suara, gambar diam,
grafik, peta, buku, chart, dan lain-lain menjadi satu model. Misalnya:
CD pembelajaran atau CD interaktif.
Sejumlah karakteristik yang menonjol dari TM di antaranya adalah:
(1) small steps,
(2) active responding, dan
(3) immediate feedback. (Burke, dalam Pramono, 1996:19).
Sementara Elida dan Nugroho (2003:111) yang mengutip Roblyer dan Hanafin mengidentifikasi adanya 12 karakteristik TM yaitu:
(1) dirancang berdasarkan kompetensi/tujuan pembelajaran,
(2) dirancang sesuai dengan karakteristik pebelajar,
(3) memaksimalkan interaksi,
(4) bersifat individual,
(5) memadukan berbagai jenis media,
(6) mendekati pebelajar secara positif,
(7) menyiapkan bermacam-macam umpan balik,
(8) cocok dengan lingkungan pembelajaran,
(9) menilai penampilan secara patut,
(10) menggunakan sumber-sumber komputer secara maksimal,
(11) dirancang berdasarkan prinsip desain pembelajaran,
(12) seluruh program sudah dievaluasi.
Dengan melihat sejumlah karakteristiknya, maka TM memiliki sejumlah manfaat di antaranya:
(1) mengatasi kelemahan pada pembelajaran kelompok maupun individual,
(2) membantu menjadikan gambar atau contoh yang sulit didapatkan di lingkungan sekolah menjadi lebih konkrit,
(3) memungkinkan pengulangan sampai berkali-kali tanpa rasa malu bagi yang berbuat salah,
(4) mendukung pembelajaran individual,
(5) lebih mengenal dan terbiasa dengan komputer,
(6) merupakan media pembelajaran yang efektif,
(7) menciptakan pembelajaran yang “enjoyment” atau “joyful learning”.
III. MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI MULTIMEDIA
Berbicara multimedia adalah identik dengan pembelajaran dengan
komputer, mandiri dan interaktif. Pembelajaran berbasis Teknologi
Multimedia (TM), dimaksudkan adalah model atau produk desain
pembelajaran yang secara sengaja didesain dan dikembangkan dengan
teknologi multimedia sebagai basis guna memfasilitasi dan memudahkan
belajar. TM yang sekarang ada merupakan aplikasi dari Pembelajaran
Berprograma (Programmed Instruction) yang merupakan produk/temuan spektakular dari Skinner, atau yang oleh AECT dikenal dengan Pembelajaran Arah Diri (Individually Prescribe Instruction) (AECT,
1977: 204). Dengan TM sangat dimungkinkan perhatian dan partisipasi
peserta didik dapat ditingkatkan. Criswell (1989:1) menggunakan istilah
PBK (Pembelajaran Berbasis Komputer). Ia mengemukakan: ….to any use
of computer to present instructional material, provide for active
participation of the student action. Very simply, the goal of
Computer-Based Instruction (CBI) is to teach.
Dengan TM ini memungkinkan terjadinya interaksi-interaksi yang
ekstensif antara komputer sebagai perangkat kerasnya dengan pebelajar,
artinya pada saat yang bersamaan, pebelajar dapat berinteraksi dengan
multimedia lewat komputer. Dalam TM pebelajar dapat melakukan interaksi
langsung secara individual dengan komputer. TM pada umumnya dikembangkan
secara linear atau branching. TM model linear disebut juga Skinnerian
Program, yang menggunakan langkah-langkah belajar yang kecil dan
penguatan langsung dengan jawaban benar adalah cara terbaik untuk
belajar. Dalam Skinnerian program ini, pebelajar melakukan kegiatan
belajar menggunakan prinsip maju berkelanjutan melalui penguasaan
kompetensi dalam pembelajaran, bergerak dari satu frame atau unit
pembelajaran ke unit pembelajaran berikutnya. Sedangkan dalam model
branching, desain pembelajaran menyediakan sejumlah cara yang dapat
dilalui oleh pebelajar dalam mengikuti pembelajaran, agar dapat
berpindah dari satu unit pembelajaran, ke unit pembelajaran berikutnya.
IV. PERGESERAN FUNGSI TEKNOLOGI MULTIMEDIA DALAM PEMBELAJARAN
Dewasa ini masih banyak guru-guru yang enggan memanfaatkan media
yang ada lebih-lebih teknologi multimedia untuk kegiatan pembelajaran.
Masih banyak kecenderungan bahwa para siswa dibiasakan untuk
mendengarkan apa yang diajarkan oleh guru, kemudian mencatat dan dipaksa
untuk menghafalkannya di luar kepala. Keadaan semacam ini jelas akan
menghasilkan sikap verbalistik, yang menyebabkan peserta didik menjadi
pasif dan kegiatan pembelajaran menjadi cepat menjemukan. Untuk itu
penggunaan teknologi multimedia dalam pembelajaran akan sangat membantu
dalam rangka mengembangkan pembelajaran yang menyenangkan (joyful learning/ joyful class)serta mengaktifkan siswa.
Betapa pentingnya fungsi teknologi multimedia di dalam kegiatan pembelajaran dapat dijelaskan sebagai berikut.
Pada awalnya media hanya berfungsi sebagai alat visual (alat
peraga) dalam kegiatan pembelajaran. Baru pada kira-kira pertengahan
abad ke-20, dengan masuknya pengaruh dari teknologi audio, lahirlah
peraga audio visual yang menekankan penggunaan pengalaman konkret untuk
menghindari verbalisme. Dalam usaha untuk memanfaatkan media sebagai
alat bantu mengajar ini Edgar Dale (1969) dalam bukunya “Audio visual methods in teaching” membuat
klasifikasi pengalaman berlapis menurut jenjang/tingkat dari yang
paling konkret ke yang paling abstrak. Klasifikasi tersebut kemudian
menjadi sangat popular/terkenal dengan nama Kerucut Pengalaman (the cone of experience).
Pada akhir tahun 1950-an, teori komunikasi mulai mempengaruhi
penggunaan alat bantu audio-visual, sehingga fungsi media sebagai alat
peraga mulai bergeser menjadi penyalur pesan/informasi belajar.
Tahun 1960-an, teori tingkah laku (behaviorism-theory) ajaran
BF.Skinner, mulai mempengaruhi penggunaan media dalam kegiatan
pembelajaran. Menurut teori ini mendidik adalah mengubah tingkah laku
siswa. Karenanya orientasi tujuan pembelajaran (tujuan instruksional)
haruslah mengarah kepada perubahan tingkah laku siswa. Teori ini
mendorong diciptakannya media yang dapat mengubah tingkah laku siswa
sebagai hasil kegiatan pembelajaran. Media pembelajaran yang terkenal
sebagai produk dari teori ini adalah teaching-machine dan programmed-instruction.
Sejak tahun 1965 di mana penggunaan pendekatan sistem (system approach) mulai
memasuki khasanah pendidikan maupun kegiatan pembelajaran. Pendekatan
sistem ini mendorong digunakannya media sebagai bagian integral dalam
program pembelajaran. Bahkan James W Brown (1977), tokoh dalam bidang
teknologi, media dan metode pembelajaran, memandang bahwa media itu
sebagai central-elements, dengan mengatakan: “media are regarded as central-elements in the approach to the systematic instruction”.
Dengan konsepsi yang semakin mantap itu, fungsi media dalam
kegiatan pembelajaran tidak lagi sekedar peraga bagi guru melainkan
pembawa informasi/pesan pembelajaran yang dibutuhkan siswa. Dengan
demikian pola interaksi edukatif menjadi lebih bervariasi hingga
meliputi 5 pola berikut:
1. Sumber berupa orang saja (seperti yang kebanyakan terjadi di sekolah kita sekarang)
2. Sumber berupa orang yang dibantu oleh/dengan sumber lain.
3. Sumber berupa orang bersama dengan sumber lain berdasarkan suatu pembagian tanggung jawab.
4. Sumber lain saja tanpa sumber berupa orang.
5. Kombinasi dari keempat pola tersebut dalam bentuk suatu sistem.
V. KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN DENGAN TEKNOLOGI MULTIMEDIA
Karakteristik utama dari pembelajaran dengan teknologi multimedia
adalah mengintegrasikan berbagai bentuk materi seperti: teks, gambar,
grafis, dan suara yang dioperasikan dengan komputer. Pembelajaran dengan
teknologi multimedia sangat bermanfaat bagi siswa, setidak-tidaknya
dalam beberapa hal seperti: mendorong rasa ingin tahu siswa, mendorong
keinginan untuk mengubah sesuatu yang sudah ada, dan mendorong keinginan
siswa untuk mencoba hal-hal yang baru, dan lain-lain.
Kelebihan:
Pembelajaran dengan teknologi multimedia memiliki kelebihan-kelebihan antara lain:
(1) memungkinkan terjadinya interaksi antar siswa dengan materi pembelajaran
(2) proses belajar secara individual sesuai kemampuan siswa
(3) menampilkan unsur audiovisual.
(4) langsung memberikan umpan balik dan
(5) menciptakan proses belajar yang berkesinambungan
Kekurangan.
Beberapa kekurangan dari pembelajaran dengan teknologi multimedia di antaranya adalah:
(1) pembelajaran dengan teknologi multimedia mengharuskan dioperasikan melalui komputer sebagai perangkat keras (hardware)-nya.
(2) peralatan untuk memanfaatkannya relatif mahal,
(3) perlu keterampilan khusus untuk mengoperasikannya, dan
(4) perlu keterampilan dan keahlian istimewa untuk mengembangkannya.
VI. PEMANFAATAN TEKNOLOGI MULTIMEDIA DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI
A. Pengertian Geografi
Pengertian geografi telah mengalami perkembangan dari wakyu ke
waktu. Istilah geografi untuk pertama kalinya diperkenalkan oleh
Erastothenes pada abad ke 1. Menurut Erastothenes geografi berasal dari
kata geographica yang berarti penulisan atau penggambaran mengenai bumi.
Berdasarkan pendapat tersebut, maka para ahli geografi(geograf) sependapat
bahwa Erastothenes dianggap sebagai peletak dasar pengetahuan geografi.
Pada awal abad ke-2, muncul tokoh baru yaitu Claudius Ptolomaeus yang
mengatakan bahwa geografi adalah suatu penyajian melalui peta dari
sebagian atau seluruh permukaan bumi. Jadi Claudius Ptolomaeus
mementingkan peta untuk memberikan informasi tentang permukaan bumi
secara umum. Kumpulan dari peta Ptolomaeus dibukukan, dan diberi nama ‘Atlas Ptolomaeus’.
Menjelang akhir abad ke-18, perkembangan geografi semakin pesat. Pada
masa ini berkembang aliran fisis determinis dengan tokohnya yang
terkenal yaitu Ellsworth Hunthington. Di Perancis faham posibilis
terkenal dengan tokoh geografnya yaitu Paul Vidal de la Blache, dengan
sumbangannya yang terkenal adalah “Gen re de vie”. Pengertian geografi itu sendiri selalu mengalami perkembangan serta perbedaan.
Permendiknas no. 22 tahun 2006 menetapkan bahwa Geografi merupakan
ilmu untuk menunjang kehidupan sepanjang hayat dan mendorong peningkatan
kehidupan. Lingkup bidang kajiannya memungkinkan manusia memperoleh
jawaban atas pertanyaan dunia sekelilingnya yang menekankan pada aspek
spasial, dan ekologis dari eksistensi manusia. Bidang kajian geografi
meliputi bumi, aspek dan proses yang membentuknya, hubungan kausal dan
spasial manusia dengan lingkungan, serta interaksi manusia dengan
tempat. Sebagai suatu disiplin integratif, geografi memadukan dimensi
alam fisik dengan dimensi manusia dalam menelaah keberadaan dan
kehidupan manusia di tempat dan lingkungannya.
Mata pelajaran Geografi membangun dan mengembangkan pemahaman
peserta didik tentang variasi dan organisasi spasial masyarakat, tempat
dan lingkungan pada muka bumi. Peserta didik didorong untuk memahami
aspek dan proses fisik yang membentuk pola muka bumi, karakteristik dan
persebaran spasial ekologis di permukaan bumi. Selain itu peserta didik
dimotivasi secara aktif dan kreatif untuk menelaah bahwa kebudayaan dan
pengalaman mempengaruhi persepsi manusia tentang tempat dan wilayah.
Pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang diperoleh dalam
mata pelajaran Geografi diharapkan dapat membangun kemampuan peserta
didik untuk bersikap, bertindak cerdas, arif, dan bertanggungjawab dalam
menghadapi masalah sosial, ekonomi, dan ekologis. Pada tingkat
pendidikan dasar mata pelajaran Geografi diberikan sebagai bagian
integral dari Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), sedangkan pada tingkat
pendidikan menengah diberikan sebagai mata pelajaran tersendiri.
B. Pengembangan Konsep
Konsep geografi perlu dikembangkan dengan terlebih dahulu memperhatikan pada tubuh pengetahuan (the body of knowledge) geografi
sebagai sebuah displin keilmuan. Sebagai sebuah disiplin keilmuan,
geografi memiliki objek kajian, atau dapat disebut sebagai objek
pembelajaran geografi. Objek pembelajaran geografi secara umum yaitu
gejala-gejala geosfer yang meliputi litosfer, atmosfer, hidrosfer dan
biosfer. Selanjutnya, gejala geosfer yang umum dan luas itu masih
dikembangkan ke dalam studi-studi kekhususan. Di samping mendasarkan
pada body of knowledge, pengembangan konsep geografi juga mendasarkan pada kompetensi yang harus dikuasai.
C. Pendekatan Pembelajaran
Sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, kegiatan pembelajaran geografi dilakukan dengan menggunakan pendekatan sbb.:.
1. Pendekatan Akademik/Keilmuan
Para geograf umumnya sependapat bahwa pendekatan atau hampiran (approach) di dalam geografi meliputi pendekatan keruangan, pendekatan kelingkungan dan pendekatan kewilayahan (Hagett,1972)
2. Pendekatan Praktis/Pembelajaran.
Sesuai dengan karakteristiknya, maka pendekatan praktis yang
digunakan adalah Cooperative–Integreted Problem Based Learning, yaitu
proses pembelajaran yang dilakukan:
a. Secara kelompok.
Dalam hal ini siswa melakukan kegiatan belajar secara kelompok
(kooperatif) untuk mendiskusikan materi dan mengerjakan tugas-tugas,
serta kegiatan belajar lainnya.
b. Materi terpadu dengan kehidupan.
Materi yang masih berupa konsep-konsep pokok kemudian dikembangkan
dengan mendasarkan pada kondisi nyata dalam kehidupan sehari-hari
(kontekstual) secara terpadu.
c. Materi dipadukan dengan upaya peningkatan Iman dan Taqwa (Imtaq).
Materi pembelajaran yang sudah dikembangkan, kemudian dipadukan dengan upay-upaya peningkatan Imtaq.
Geografi yang dikaitkan dengan nilai-nilai Imtaq (religiusitas) diharapkan dapat menghasilkan lulusan dengan kualitas yang unggul (high quality graduates) baik secara akademik (academic qualification) maupun praktis (life skills).
D. Komponen Teknologi Multimedia Untuk Pembelajaran Geografi
Dari uraian terdahulu telah dikemukakan betapa pentingnya peranan
media sebagai salah satu sumber para pelajar bagi para pembelajar. Oleh
karenanya perlu sekali untuk diketahui komponen-komponen yang perlu
disiapkan untuk mengembangkan multimedia pembelajaran geografi.
Komponen-komponen multimedia pembelajaran geografi tersebut di antaranya
adalah:
1. Bahan visual
2. Bahan audio
3. Permainan dan simulasi
1. Bahan-bahan visual
Secara garis besar bahan visual ini dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu gambar, diagram, serta model dan realia.
a. Gambar diam (still picture)
Adalah gambar fotografik atau menyerupai fotografik yang
mewakili/menggambarkan lokasi/tempat, objek-objek tertentu serta
benda-benda. Gambar diam yang paling sering digunakan dalam geografi
adalah peta, gambar mengenai objek-objek tertentu seperti: gunung,
pegunungan, lereng, lembah, bentang darat, bentang perairan, dan
sebagainya.
b. Bahan-bahan grafis (graphic materials)
Adalah bahan-bahan non fotografik yang dirancang terutama untuk
mengkomunikasikan suatu pesan kepada audience/siswa. Bahan-bahan grafis
ini terdiri dari: grafik, diagram, chart, poster, kartun, dan komik.
Untuk pembelajaran geografi dapat memanfaatkan model mengembangkan visualisasi konsep secara tepat.
2. Bahan-bahan Audio
Adalah berbagai bentuk/cara perekaman dan transmisi suara (manusia dan suara lainnya) untuk tujuan pembelajaran.
3. Permainan dan Simulasi
“Permainan” (game) adalah suatu kegiatan dimana para
pemain berusaha mencapai tujuan yang ditetapkan dengan mengikuti
aturan-aturan yang dipersyaratkan. Sedangkan “simulasi” (simulation) adalah suatu abstraksi atau penyederhanaan beberapa situasi atau proses kehidupan yang sederhana.
E. Prinsip Pengembangan Teknologi Multimedia Dalam Pembelajaran Geografi
Secara umum untuk mengembangkan teknologi multimedia pembelajaran
geografi perlu diperhatikan prinsip VISUALS, yang dapat digambarkan
sebagai singkatan (akronim) dari:
Visible : Mudah dilihat
Interesting : Menarik
Simple : Sederhana
Useful : Isinya beguna/bermanfaat
Accurate : Benar (dapat dipertanggungjawabkan)
Legitimate : Masuk akal/sah
Structured : Terstruktur/tersusun dengan baik
F. Aspek Teknologi Multimedia Dalam Pembelajaran Geografi
Secara garis besar, aspek utama untuk menentukan, memilih, atau
bahkan dalam mengembangkan teknologi multimedia pembelajaran geografi
dapat dikelompokkan ke dalam 3 aspek utama, kemudian secara gradual
dijabarkan ke dalam sub aspek dan indikator:
Aspek Utama, Sub Aspek dan Indikator Teknologi Multimedia
Aspek Utama
I. ASPEK ISI
A. Kebenaran konsep
1. SK dan KD sesuai dengan Kurikulum yang berlaku
2. Materi sesuai dengan Kompetensi Dasar
B. Kebenaran Materi
3. Kedalaman dan keluasan materi cukup
4. Penyajian materi berurut
5. Penilaian/tes sesuai dengan indikator
II. ASPEK PEMBELAJARAN/ INSTRUKSIONAL
C. Kebahasaan
6. Mudah dipahami
D. Keterlaksanaan
7. Kejelasan penggunaan petunjuk belajar
8. Kejelasan memahami materi
9. Pemberian contoh sesuai dengan materi
10. Pemberian umpan balik memberi motivasi
11. Kecukupan latihan
E. Pendekatan
12. Belajar berbantuan komputer
III. ASPEK MEDIA
F. Tampilan
13. Keterbacaan teks
14. Kualitas tampilan gambar
15. Sajian animasi
16. Pemilihan komposisi warna
17. Kejelasan suara/narasi
18. Daya dukung musik
19. Tampilan layar
20. Pemilihan jenis dan ukuran fon
VII. PENUTUP
Untuk keberhasilan pemanfaatan teknologi multimedia untuk
peningkatkan kualitas pembelajaran geografi, diperlukan sejumlah
prasyarat di mana semua pihak perlu memiliki komitmen, memahami manfaat
teknologi multimedia, memiliki sarana dan prasarana pendukung yang
memadai, mampu & mau memanfaatkan teknologi multimedia. Semoga
dengan pemanfaatan teknologi multimedia dapat menunjukkan perannya yang
optimal dalam pembelajaran. Demikian juga halnya dengan upaya
peningkatan mutu pendidikan segera terwujud dan mampu mengantarkan
anak-anak bangsa ini menjadi bangsa yang bermartabat di mata bangsanya
maupun di mata internasional.
DAFTAR PUSTAKA
AECT (1977). The definition of educational technology,
Washington DC: AECT, (Edisi Bahasa Indonsia dengan judul: Definisi
Teknologi Pendidikan, Seri Pustaka teknologi Pendidikan No. 7, 1994).
Jakarta: PAU-UT & PT Rajawali.
Brown, James W., Richard B. Lewis, Fred F. Harcleroad, AV
(1977) Intruction : Technology, media, and methods, New York : Mc
Graw-Hill Book Company.
Criswell, Eleanor L. (1989). The design of computer-based instruction, New York: Macmillan Publishing Company.
Dale, Edgar, (1969) Audio visual methods in teaching, New York: Holt, Rinehart and Winston Inc. The Dryden Press.
Elida, T. & W. Nugroho (2003). Pengembangan computer
assisted instruction (CAI) pada Praktikum Mata Kuliah Jaringan Komputer,
Jurnal teknologi pendidikan, Vol. 5 no. 1. ISSN 1441-2744.
Gagne, Robert M. and Leslie J Briggs (1979). Principles of instructional design. New York: Holt, Rinehart and Winston.
Haggett, Peter (1972). Geography: A modern synthesis. New York: Harper and Row.
Heinich, Robert, Michael Molenda, James D. Russel, (1982)
Instructional media: and the new technology of instruction, New York:
Jonh Wily and Sons.
Jusufhadi Miarso, dkk., (1984) Teknologi komukikasi pendidikan:
Pengertian dan penerapannya di Indonesia. Jakarta: Pustekkom Dikbut dan
CV Rajawali.
Kemp, Jerrold E., Gery Morrison and Stevent M. Ross (1994).
Designing efective instruction. New York: Mc Millan College Publishing
Company, Inc.
Depdiknas (2006). Permendiknas no.22 tentang: Standar Isi
Trini Prastati dan Prasetya Irawan (2001) Media sederhana.Jakarta: PAU-PPAI
Diposkan oleh AdiT Tri W
0 komentar:
Posting Komentar