KAJIAN
SPASIAL KAWASAN KARST KABUPATEN PACITAN
BAGIAN BARAT
(KPPA) PROPINSI JAWA TIMUR
UNTUK POTENSI
OBYEK EKOWISATA
TAHUN 2008
Danang Endarto1) dan Hendrik
Boby Hertanto2)
1) Ketua Penelitian, Staff Dosen
P.Geografi FKIP UNS, 2) Anggota , Staf Guru SMA MTA Surakarta
Email : 1) danang.endarto@yahoo.com ; 2)hendrik.boby.hertanto@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui persebaran
lokasi potensi obyek ekowisata di kawasan karst Kabupaten Pacitan bagian Barat,
(2) mengetahui karakteristik wisatawan di lokasi obyek ekowisata kawasan karst
Kabupaten Pacitan bagian Barat, (3) mengetahui perkembangan setiap obyek
ekowisata kawasan karst Kabupaten Pacitan bagian Barat.
Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif kulitatif dengan variabel permintaan dan penawaran.
Teknik sampling yang digunakan adalah sampel kuota yang mengmbil 50 wisatawan,
terdiri dari 30 masyarakat yang tinggal disekitar obyek ekowisata dan 20 petugas
pengelola (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pacitan). Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi lapangan dan
dokumnetasi. Teknik analisis data menggunakan analisis data klasifikasi dengan pendekatan
pembobotan untuk mengetahui tingkat potensi obyek ekowisata di kawasan karst Kabupaten Pacitan bagian Barat. Obyek ekowisata
yang diteliti terdiri dari sepuluh obyek ekowisata yang tersebar di kawasan
karst bagian barat Kabupaten Pacitan. Pengembangan obyek ekowisata di kawasan
karst bagian barat Kabupaten Pacitan diketahui dengan analisis tabel frekuensi.
Penelitian ini menghasilkan:
(1) Nilai potensi tinggi obyek ekowisata terdapat pada Goa Gong dan Goa Tabuhan
dikarenakan keunikan dan kelangkaannya. Nilai potensi sedang obyek ekowisata
terdapat di Pantai Srau, Pantai Watukarung, Pantai Klayar, Luweng Jaran, dan
Luweng Ombo. Nilai potensi rendah obyek ekowisata terdapat di Pantai Nampu, Goa
Putri dan Goa Kalak. Hal ini dikarenakan jangkauan pemasaran dan sarana
prasarana belum berkembang (2) Karateristik
wisatawan obyek ekowisata kawasan karst bagian barat Kabupaten Pacitan adalah
sebagai berikut: umur antara 19-30
tahun, mayoritas bejenis kelamin laki-laki, bertempat tinggal di pulau jawa,
jenjang pendidikan antara SMA-PT, status mahasiswa atau pelajar, pola
perjalanan berombongan, cara kedatangan dengan menggunakan motor pribadi, baru
satu kali berkunjung ke obyek ekowisata, durasi waktu berkunjungnya antara satu
sampai dua jam, memperoleh informasi keberadaan obyek dari teman, dan kesan
setelah berkunjung dari obyek wisata mendapatkan kepuasan batin. (3) Pengembangan
potensi kepariwisataan Kabupaten Pacitan Obyek ekowisata di kawasan karst
bagian barat Kabupaten Pacitan memperoleh dukungan dari masyarakat dan
pengelola obyek ekowisata di Kabupaten Pacitan.
Kata Kunci: potensi ekowisata, kawasan karst, karakteristik, pengembangan.
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Pada zaman seperti ini, arus globalisasi
sudah hampir terjadi di setiap dimensi kehidupan. Arus globalisasi mampu
membuka kawasan-kawasan marginal seperti Kawasan Karst Pacitan. Hal ini terjadi
karena adanya pergeseran makna kepariwisataan Internasional dimana wisatawan
mengharapkan perjalanannya lebih berkesan, berkualitas dan menambah pengalaman
hidup baru serta memperoleh pengetahuan mengenai lokasi yang baru. Dalam hal ini
peran kawasan karst khususnya bagian barat Kabupaten Pacitan Propinsi Jawa
Timur di waktu mendatang menjadi lokasi yang penting dalam bidang
kepariwisataan. Kawasan karst bagian barat Kabupaten Pacitan menawarkan wisata
ekologi atau wisata yang berbasis pada alam (ekowisata) yang memiliki daya
tarik tersendiri kepada wisatawan.
Sektor kepariwisataan memiliki arti yang
sangat penting dan strategis untuk dikembangkan di Kabupaten Pacitan. Hal ini
dikarenakan sektor pariwisata mampu memberikan sumbangan yang cukup berarti
terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Perkembangan pariwisata
sekarang yang baru trend adalah perkembangan wisata berbasis masyarakat menuju
alam (back to nature), merupakan
wisata ke alam pedesaan dan pegunungan untuk menikmati suasana yang masih
bersih dan jauh dari kebisingan dan pencemaran. Konsep ini akhirnya dikenal
sebagai istilah ekowisata (wisata ekologi), (Yoeti, Oka A 2000: 3).
Pada dekade 1970-an isu lingkungan mulai
berkembang secara global mondial termasuk dalam hal ini gerakan kesadaran
wisata yang dikenal dengan ekowisata. Masyarakat mulai sadar akan isu
lingkungan sehingga mulai mengkaitkan berbagai tema-tema kegiatan wisata, baik
dari sisi penyediaan maupun sisi permintaan dengan lingkungan. Kampanye
lingkungan cukup efektif digunakan dalam sektor pariwisata untuk membuat
kesadaran lingkungan menjadi tanggung jawab bersama, lintas negara dan lintas
budaya. Ekowisata merupakan alternatif bagi kegiatan pariwisata yang bersifat
massal dan ramai hingar bingar sebagai sebuah gerakan kesadaran lingkungan.
Ekowisata merupakan ciri kegiatan wisata
yang berbasis keinginan untuk tahu (scientific), mengerti dan menikmati
keindahan (aestetic), serta menghayati nilai dan makna (philosophical).
Sehingga kegiatan pariwisata ini menjadi daya tarik bagi wisatawan yang berasal
dari kota-kota besar untuk menikmati suasana alam bebas. Mereka mampu
menghargai, menikmati dan belajar mengenai lingkungan baru, tidak hanya
lingkungan alami tetapi juga budaya lokal (local
wishdom) yang berbeda dengan suasana di kota.
Ekowisata merupakan bagian dari
pengembangan kawasan pariwisata. Tahapan pengembangan kawasan menjadi landasan
bagi perumusan/ formulasi rencana kebijakan lebih lanjut secara spasial.
Regionalisasi/ perwilayahan menjadi salah satu metode yang ditujukan untuk
menentukan batas-batas homogenitas ruang khususnya berkaitan dengan kegiatan
kepariwisataan baik atraksi, amenitas dan aksesibilitas. Pembagian Kawasan
Pengembangan Pariwisata di Kabupaten Pacitan secara spesifik didasarkan pada
beberapa kondisi yaitu:
- Kedudukan dan sebaran obyek
wisata
- Sebaran aksesibilitas
pendukung yang merata antar kecamatan
- Sebaran fasilitas pelayanan
yang bervariasi antar wilayah kecamatan
- Posisi geografis dan potensi
wilayah kecamatan yang dapat berfungsi sebagai gerbang baik dari
wilayah di sekitarnya
- Kondisi geomorfologi kawasan
Kabupaten Pacitan
Kawasan Pengembangan Pariwisata (KPP)
Kabupaten Pacitan memiliki karakter spesifik yang merupakan perpaduan antara
unsur kesamaan tema, kedekatan jarak, kemudahan pencapaian/ rute serta
kedekatan terhadap pusat pelayanan. Gambaran umum masing-masing kawasan KPP
Kabupaten Pacitan dapat dijelaskan sebagai berikut :
- KPP A, Cakupan wilayahnya
meliputi Kecamatan Donorojo, Punung, Pringkuku (Bagian Barat) dengan pusat
pelayanannya Kecamatan Punung;
- KPP B, Cakupan wilayahnya
meliputi Kecamatan Pacitan Punung (Bagian Timur), Pringkuku (Bagian
Timur), Arjosari (Bagian Barat), Kebonagung (Sebagian Kecil Wilayah Barat)
dengan pusat pelayanannya Kecamatan Pacitan;
- KPP C, Cakupan wilayahnya
meliputi Kecamatan Kebonagung, Sudimoro, Tegalombo (Bagian Selatan),
Arjosari (Bagian Selatan dan Timur), Tulakan, Ngadirojo, Pacitan (Sebagian
Kecil Wilayah Timur) dengan pusat pelayanannya Kecamatan Ngadirojo;
- KPP D, Cakupan wilayahnya
meliputi Kecamatan Nawangan, Tegalombo (Bagian Utara), Bandar, Arjosari
(Bagian Utara) dengan pusat pelayanannya Kecamatan Nawangan.
Dari gambaran di atas, pengembagan
struktur jaringan simpul kawasan perlu dilakukan agar distribusi kunjungan
wisatawan serta pengembangan kawasan lingkup KPP dapat dilakukan secara
terpadu. Sehingga antar KPP terjadi saling keterkaitan dalam kerangka
pengembangan tematik dan pemasaran. Kajian ekowisata dalam penelitian ini
termasuk kedalam wilayah KPP A. Kegiatan pariwisata di kawasan karst bagian
barat Kabupaten Pacitan memanfaatkan unsur estetika (keindahan), keunikan dan
kelangkaan yang dimiliki oleh gejala ekso-dan endokarst yang ada. Untuk lebih
jelasnya terdapat pada peta berikut ini:
B.
Rumusan masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan
sebagai berikut :
- Bagaimana
persebaran lokasi potensi obyek ekowisata di kawasan karst Kabupaten
Pacitan bagian Barat?
- Bagaimana karakteristik wisatawan di lokasi obyek ekowisata kawasan karst
Kabupaten Pacitan bagian Barat?
- Bagaimana perkembangan setiap obyek ekowisata kawasan karst Kabupaten Pacitan
bagian Barat?
C.
Tujuan penelitian
Sehingga
tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
- Mengetahui
persebaran lokasi potensi obyek ekowisata di kawasan karst Kabupaten
Pacitan bagian Barat.
- Mengetahui karakteristik wisatawan di lokasi obyek ekowisata kawasan karst
Kabupaten Pacitan bagian Barat.
- Mengetahui perkembangan setiap obyek ekowisata kawasan karst Kabupaten Pacitan
bagian Barat.
II.
METODE
Penelitian mengenai kawasan ekowisata
karst Kabupaten Pacitan Bagian Barat ini menggunakan metode penelitian
kualitatif, sedangkan strategi yang digunakan adalah metode deskriptif.
Penelitian kualitatif adalah suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang diamati (Bogdan dan Taylor dalam Moleong, 2001:3). Sedangkan deskriptif
kualitatif merupakan penelitian yang berusaha mendiskripsikan atau
menggambarkan/ melukiskan suatu kilas peristiwa pada masa sekarang dengan
menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari perilaku yang diamati dengan sistematis,
faktual dan akurat.
Daerah penelitian ini termasuk kawasan
karst segmen Pacitan Barat yang berkembang mulai sebelah selatan jalan raya
propinsi yang menghubungkan Pacitan dan Surakarta hingga pantai selatan.
Kawasan ini memiliki 10 obyek ekowisata yang tersebar di tiga kecamatan yaitu:
Kecamatan Donorojo, Kecamatan Punung, dan Kecamatan Pringkuku. Secara
astronomis terletak pada koordinat 7° 48′ 18″
LS – 8° 7′ 49″ LS dan 110° 20′ 03″ BT – 111° 46′ 03″ BT. Dan luas
wilayah secara keseluruhan: 345,84 Km2. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
peta berikut:
Penelitian ini
menggunakan dua jenis data yaitu data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh langsung melalui observasi lapangan dan wawancara. Instrument yang
digunakan adalah lembar pengamatan/ observasi yang bertujuan untuk mengetahui
kondisi sepuluh obyek wisata alam yang menjadi obyek penelitian yaitu Pantai
Srau, Pantai Watukarung, Pantai Klayar, Pantai Nampu, Luweng Jaran, Luweng
Ombo, Goa Gong, Goa Tabuhan, Goa Putri, dan Goa Kalak. Data primer lainnya
diperoleh dari hasil wawancara oleh wisatawan, penduduk, dan pengelola (Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pacitan). Untuk lebih jelasnya data primer
dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
- Identifikasi Potensi Obyek
a)
Kulitas dan Daya Tarik Wisata
Yaitu
penilaian tingkat potensi sumber daya obyek dan daya tarik obyek wisata yang
dapat diuraikan menjadi: 1) keunikan/ kelangkaan; 2) keragaman daya tarik
(kuantitas); 3) kondisi lingkungan; 4) kondisi dan kualitas lingkungan.
b)
Skala Pemasaran Obyek
c)
Tingkat Berkunjungnya Wisatawan ke Obyek
d)
Tingkat Dukungan Aksesibilitas dan Pencapaian
Dukungan
kondisi aksesibilitas dan pencapaian dapat diuraikan menjadi: 1) ketersediaan
moda transportasi; 2) kualitas jalan; 3) kemudahan pencapaian.
e)
Tingkat Dukungan Sarana-Prasarana Penunjang (Amenitas
Wisata)
Tingkat
dukungan sarana/prasarana dasar wisata, meliputi penilaian terhadap: 1) kondisi
sarana-prasarana (kulitas); 2) kelengkapan sarana-prasarana yang ada; 3)
kapasitas yang tersedia mencukupi atau belum.
f)
Tingkat Dukungan Infrastruktur
g)
Kesiapan Masyarakat
h)
Pertimbangan Lainnya
- Identifikasi Berkunjungnya
Wisatawan ke Obyek
Karakteristik
Berkunjungnya wisatawan ditentukan dengan; Umur, Jenis Kelamin, Tempat Tinggal,
Tingkat Pendidikan, Mata Pencaharian, Tingkat Kemudahan, Cara Kedatangan,
Jumlah Berkunjung, Lama Berkunjung, Informasi Obyek, dan Kesan.
- Identifikasi Dukungan
Pengembangan
a)
Masyarakat di Sekitar Obyek Ekowisata ditentukan dengan;
Pendapatan yang diperoleh selama satu bulan, manfaat terhadap masyarakat,
peluang bagi masyarakat untuk menjadi tenaga kerja, dan keberadaan obyek
ekowisata ini mengganggu ketentraman.
b)
Pengelola Obyek Ekowisata (Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata) ditentukan dengan: penghasilan, tingkat pendidikan, peran dinas
kebudayaan dan pariwisata Kabupaten Pacitan, serta keterlibatan Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pacitan.
Selain data primer penelitian ini juga
menggunakan data sekunder sebagai pelengkat dalam kajian penelitian. Data
sekunder yang digunakan adalah sebagai berikut:
- Data mengenai penggunaan lahan
dan kemiringan lereng dari Peta RBI.
- Data jenis batuan diperoleh
dari Peta Geologi Bersistem Indonesia.
- Data curah hujan, jenis tanah
dan sebaran potensi obyek ekowisata kawasan karst Kabupaten Pacitan Bagian
Barat.
- Data administrasi, kondisi
jalan dan monografi penduduk kawasan karst Kabupaten Pacitan.
Teknik
pengambilan data dalam penelitian
ini menggunakan studi populasi yaitu untuk meneliti semua obyek yang tersebar
di kawasan karst bagian barat Kabupaten Pacitan. Penelitian ini juga
menggunakan teknik pengambilan sampel kuota (quota sample) yaitu teknik
pengambilan sampel yang dilakukan tidak mendasarkan diri pada strata atau
daerah, tetapi mendasarkan diri pada jumlah yang sudah ditentukan (Arikunto,
2002:119).
Responden
dalam penelitian ini terdiri dari penduduk sekitar, wisatawan dan pegawai Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pacitan sebagai pihak pengelola. Sampel
yang diambil terhadap responden penduduk sebanyak 30, wisatawan sebanyak 50 dan
pengelola sebanyak 20 (pegawai Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
Pacitan). Pengambilan sample tersebut
dirasa sudah memenuhi informasi yang dibutuhkan karena pertimbangan waktu,
biaya dan tenaga. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
- Wawancara
- Observasi
- Dokumentasi
Data yang diperoleh dari teknik pengumpulan data ini adalah: a) gambar 10 obyek ekowisata, b) Kabupaten Pacitan Dalam Angka 2008, c) jumlah pengunjung obyek, d) curah hujan selama 10 tahun terakhir.
Tahap akhir
kajian dalam penelitian ini adalah mengetahui potensi obyek ekowisata kawasan
karst di Kabupaten Pacitan Bagian Barat Propinsi Jawa Timur. Potensi objek
wisata diketahui dengan cara menganalisis kualitas dan keutamaan obyek dengan melakukan penilaian terhadap sejumlah
parameter dan indikator. Dasar penilaian terhadap potensi obyek
ekowisata kawasan karst Kabupaten Pacitan Bagian Barat terdiri dari sembilan
indikator pedoman: (1) kualitas obyek dan daya tarik, (2) skala pemasaran, (3)
tingkat berkunjung ke obyek ekowisata, (4) tingkat dukungan aksesibilitas dan
pencapaian, (5) tingkat dukungan sarana-prasarana penunjang, (6) tingkat
dukungan, (7) infrastruktur, (8) kesiapan masyarakat, (9) pertimbangan lainnya.
III.
Hasil dan Pembahasan
A.
Potensi Obyek Ekowisata
Objek
ekowisata kawasan karst di Kabupaten
Pacitan Bagian Barat Propinsi Jawa Timur merupakan wilayah yang khas akan
wisata alam yang menyajikan banyak fenomena menarik. Hal ini karena sumberdaya
alam dengan tatanan tektonik yang didominasi bentuklahan karst. Formasi
Wonosari mempunyai karakteristik litologi yang terdiri dari batugamping
terumbu, batugamping berlapis dan batugamping konglomeratan; bersisipan
batugamping pasiran dan napal. Kawasan Karst ini memiliki 10 obyek ekowisata
yang tersebar di tiga kecamatan yaitu Kecamatan Donorojo, Kecamatan Punung, dan
Kecamatan Pringkuku. Profil potensi obyek ekowisata wilayah ini adalah sebagai
berikut:
- Pantai Srau
Pantai ini terletak di Desa Candi
Kecamatan Pringkuku yang merupakan pantai yang membentang luas dengan
pemandangan yang indah dimana ombak yang ada cukup besar. Pasir pantainya
berwarna putih bersih. Jarak Pantai Srau dengan Kota Pacitan adalah 23 km
kearah barat.
- Pantai Watukarung
Pantai ini terletak di Desa Watukarung
Kecamatan Pringkuku yang berjarak ± 7 Km dari Pantai Srau dan berjarak ± 30 Km
dari Kota Kabupaten Pacitan dengan waktu tempuh kurang lebih 1,5 jam.
- Pantai Klayar
Pantai ini mempunyai batu cadas atau
karang laut yang menyerupai Spinks di Mesir. Potensi ekowisata Pantai Klayar
sangat mengandalkan pada kondisi alam pantai yang masih alami serta hamparan
pasir putih. Keindahan panorama pantai yang indah, sunrice dan suset.
- Pantai Nampu
Pantai ini merupakan pantai yang menarik
karena untuk mencapainya harus melintasi bukit - bukit kapur, diselingi dengan
pemandangan landscape yang indah. Pantai Nampu mempunyai daya tarik utama Pasir
yang halus, keindahan panorama pantai yang indah, sunrise dan suset.
- Goa Gong
Obyek ekowisata ini berupa gua dan
menjadi andalan pemerintah daerah, yang terletak di Dusun Pule, Desa Bomo,
Kecamatan Punung, Kabupaten Pacitan, 37 Km kearah barat kota Pacitan. Goa Gong
dikelilingi oleh dolina-dolina tertutup yang berbangun melonjong.
- Goa Tabuhan
Goa ini terletak di di desa Wareng,
Kecamatan Punung atau 35 Km ke arah barat dari Kota Pacitan. Goa Tabuhan
memiliki spesifikasi yang tidak dimiliki oleh goa-goa lainnya, karena disini
dapat dinikmati sajian khas musik Goa Tabuhan yang disuarakan oleh batu-batu
stalagtit dan stalakmit.
- Goa Putri
Goa ini terletak sekitar 2 Km Selatan
Punung, Yaitu di Desa Kendal, Kecamatan Punung yang berjarak kurang lebih 25 Km
ke arah barat dari Kota Pacitan. Lorong yang berarah utara-selatan mempunyai
panjang sekitar 40 m. Kondisi mulut goa berbangun melengkung rendah, yang
menghadap ke selatan, ke arah lembah
yang dalam berarah barat-timur, dengan hiasan kolom di tengahnya.
- Goa Kalak
Goa ini terlatak di Desa Kalak dan
merupakan goa fosil mempunyai mulut goa yang menghadap ke selatan, dengan
bangunnya yang melengkung lebar. Beberapa bagian mulut goa ini dijumpai roof-pendant. Goa ini memiliki kubah
besar setinggi 15-30 m yang dipenuhi oleh berbagai bentuk dan ukuran ornamen
goa, yang umumnya sudah tidak aktif lagi.
- Luweng Jaran
Merupakan suatu obyek ekowisata yang
berbentuk goa dan untuk menuju lokasinya diharuskan memasuki lubang seperti
sumur. Jadi berbeda dengan goa yang lain dimana posisi lobangnya terletak vertikal
seperti pintu masuk, sedangkan posisi lubang luweng terletak horizontal seperti
memasuki sumur.
- Luweng Ombo
Objek ekowisata perguaan-tegak ini
terletak di Dusun Petung Desa Kalak. Lubang masuk sumuran berkembang pada
sebuah dataran tekuk-lereng bukit berbangun kerucut. Dasar lorong yang miring
curam dan licin (slab), sepanjang
sekitar 50 m, menghubungkan bagian lubang-sumuran dengan lorong sungai
bawahtanah yang ada di dasar gua.
Penilaian
potensi obyek ekowisata kawasan karst Bagian Barat Kabupaten Pacitan
menggunakan teknik skoring antara variabel penelitian. Berdasarkan hasil
analisis potensi ekowisata tersebut terdapat ada dua obyek ekowisata dengan
klasifikasi potensi tinggi. Obyek ekowisata tersebut adalah Goa Gong dan Goa
Tabuhan. Obyek ekowisata dengan klasifikasi potensi sedang terdapat lima obyek
yaitu: Pantai Srau, Pantai Watukarung, Pantai Klayar, Luweng Jaran dan Luweng
Ombo. Sedangkan obyek ekowisata dengan klasifikasi potensi rendah ada tiga
yaitu: Pantai Nampu, Goa Putri dan Goa Kalak.
Kelompok
objek potensi tinggi menunjukkan obyek- obyek ekowisata tersebut bertumpu pada
keunikan dan kelangkaan yang tidak ditemukan di tempat lain. Selain itu juga
obyek ekowisata tersebut menjadi potensi unggulan di kawasan karst Bagian Barat
Kabupaten Pacitan. Selain itu penyebab objek ekowisata memiliki potensi tinggi
adalah sebagian variabel potensinya memperoleh skor maksimum pada setiap
penilaian variabel yang bersangkutan. Kondisi tersebut ditunjukkan dengan
kondisi ke empat obyek yang mempunyai kualitas dan keunikan, skala jangkauan
pemasaran, tingkat kunjungan, aksesibilitas, sarana-prasarana wisata,
infrastruktur, kesiapan masyarakat dan adanya pertimbangan lainnya.
Obyek
ekowisata dengan klasifikasi sedang adalah Pantai Srau, Pantai Watukarung,
Pantai Klayar, Luweng Jaran dan Luweng Ombo. Obyek ekowisata ini merupakan
obyek- obyek yang saat ini sedang berkembang dan masih dalam tahap perbaikan.
Beberapa obyek sudah ada pengelolaannya tetapi sebagian besar belum mendapatkan
pengelolaan. Salah satu obyek yang termasuk dalam kriteria ini adalah Pantai
Watu Karung dan Pantai Srau yang sudah mulai dikelola dan diberi fasilitas
lengkap untuk kenyamanan wisatawan. Namun saat ini kondisi fasilitas yang
tersedia sebagian besar rusak dan tidak berfungsi. Sehingga menyebabkan
kualitas potensi objek di sini menjadi berkurang.
Obyek ekowisata dengan klasifikasi
berpotensi rendah terdapat di tiga obyek yaitu: Pantai Nampu, Goa Putri dan Goa Kalak. Potensi ekowisata obyek ini belum berkembang baik dilihat
dari segi jangkauan pemasaran, pengunjung, sarana dan prasarana ekowisatanya
atau dari segi aksesibilitas. Berdasarkan nilai potensi setiap variable kajian
sebagian besar obyek ekowisata di wilayah ini belum berkembang. Hal ini
dikarenakan kurangnya dukungan sarana- prasarana dan belum adanya pengelolaan
yang memadai. Nilai kualitas sumber daya wisata yang ada juga kurang memiliki
daya tarik dikarenakan tidak memiliki kekhasan fenomena.
Namun apabila dilihat secara umum kawasan karst bagian barat Kabupaten
Pacitan mempunyai unsur estetika (keindahan), keunikan dan kelangkaan
tersendiri yang tidak bisa ditemui di
obyek wisata lain. Sehingga apabila objek ekowisata yang memiliki nilai potensi
rendah mampu dikelola dengan baik, maka dapat memajukan kualitas sektor
pariwisata Kabupaten Pacitan. Untuk lebih jelasnya peta potensi ekowisata
kawasan karst Kabupaten Pacitan Bagian Barat dapat dilihat sebagai berikut:
B.
Karakteristik Wisatawan Yang Berkunjung
ke Obyek Ekowisata
Karakteristik
wisatawan obyek ekowisata kawasan karst Kabupaten Pacitan Bagian Barat dapat
dianalisi melalui tabel frekuensi. Sehingga dapat diketahui karakteristik wisatawan
yang berkunjung ke objek wisata kawasan
karst ini. Untuk lebih jelasnya hasil tabulasi karakteristik pengunjung dapat
dipaparkan sebagai berikut:
- Jenis umur
Wisatawan yang berkunjung ke obyek
ekowisata di kawasan karst bagian barat Kabupaten Pacitan memiliki tingkat umur
yang bervariasi dari yang berumur 10 tahun hingga 45 tahun. Kecenderungan umur
pengunjung di objek wisata ini adalah pada kisaran 19- 30 tahun atau berusia
remaja beranjak dewasa.
- Jenis kelamin
Wisatawan yang berkunjung ke obyek ekowisata
kawasan karst bagian barat Kabupaten Pacitan didominasi pengunjung laki-laki
yaitu berjumlah 39 wisatawan (sekitar 78%). Hal ini dikarenakan laki- laki
mampunyai selera berlibur dan berwisata lebih tinggi dibandingkan perempuan.
- Tempat tinggal
Wisatawan obyek ekowisata kawasan karst
bagian barat Kabupaten Pacitan sebagian besar berasal dari daerah Pulau Jawa
(sekitar 72%). Hal ini dikarenakan obyek ekowisata ini sudah populer di Pulau
Jawa, meskipun media informasi dan promosinya masih sangat terbatas.
- Tingkat pendidikan
Rata-rata wisatawan yang berkunjung ke
obyek ekowisata ini adalah mereka dengan tingkat pendidikan lulus SMA yaitu
(sekitar 54%) dan wisatawan yang lulus Perguruan Tinggi (sekitar 32%).
- Mata pencaharian
Kecenderungan kebutuhan berwisata di
obyek ekowisata kawasan karst bagian barat Kabupaten Pacitan adalah mereka
dengan status pelajar dan mahasiswa (sekitar 46%).
- Pola perjalanan
Pola perjalanan di obyek ekowisata
kawasan karst bagian barat Kabupaten Pacitan menunjukkan bahwa umumnya
wisatawan melakukan perjalanan wisata dengan rombongan.
- Cara kedatangan
Wisatawan obyek ekowisata kawasan karst
bagian barat Kabupaten Pacitan didominasi oleh pengguna mobil pribadi (sekitar
40%), wisatawan datang dengan sepeda motor (sekitar 32%), wisatawan datang
dengan menggunakan kendaraan agen wisata/ travel (sekitar 20%), sedangkan
pengguna angkutan umum (sekitar 8%).
- Jumlah berkunjung
Wisatawan obyek ekowisata di kawasan
karst bagian barat Kabupaten Pacitan didominasi oleh mereka yang baru 1 kali
mengunjungi obyek (sekitar 50%), wisatawan datang mengunjungi obyek
ekowisata 2-3 kali (sekitar 36%),
wisatawan yang datang mengunjungi obyek ekowisata >4 kali (sekitar 8%),
sedangkan pengunjung obyek ekowisata 3-4 kali (sekitar 6%).
- Lama berkunjung
Wisatawan obyek ekowisata di kawasan
karst bagian barat Kabupaten Pacitan didominasi oleh mereka dengan lama waktu
1-2 jam (sekitar 54%), wisatawan menikmati obyek ekowisata 2 – 5 jam lamanya
(sekitar 26%), wisatawan menikmati obyek
ekowisata selama < 1 jam (sekitar
12%), sedangkan wisatawan menikmati
obyek ekowisata > 4 jam lamanya (sekitar 8%).
- Informasi objek
Wisatawan obyek ekowisata di kawasan
karst bagian barat Kabupaten Pacitan yang memperoleh informasi tentang adanya
obyek ekowisata dari temannya sendiri (sekitar 58%), wisatawan memperoleh
informasi tentang adanya obyek ekowisata dari saudara/ keluarganya (sekitar
32%), wisatawan memperoleh informasi tentang adanya obyek ekowisata dari surat
kabar (sekitar 6%), sedangkan wisatawan memperoleh informasi tentang adanya
obyek ekowisata dari biro/ agen ekowisata (sekitar 4%).
- Kesan
Wisatawan obyek ekowisata di kawasan
karst bagian barat Kabupaten Pacitan yang memperoleh kepuasan batin (sekitar
34%), wisatawan bertambah pengetahuannya setelah berkunjung di obyek ekowisata
(sekitar 30%), terkesan suasananya setelah berkunjung di obyek ekowisata
(sekitar 28%), sedangkan wisatawan memperoleh kesegaran badan setelah
berkunjung di obyek ekowisata (sekitar 8%).
C.
Karakteristik Dukungan Pengembangan dari
Masyarakat di Sekitar Obyek dan Pengelola Obyek Ekowisata
- Masyarakat di Sekitar Obyek Ekowisata
Karakteristik
persepsi atau tanggapan masyarakat terhadap keberadaan obyek ekowisata kawasan
karst Kabupaten Pacitan Bagian Barat dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.
Pendapatan masyarakat perbulan
Masyarakat yang mendapatkan penghasilkan
≤ 100.000,00 selama satu bulan adalah sebanyak 10%, masyarakat yang mendapatkan
penghasilan diantara 100.000 – 300.000 selama setahun sebanyak 70%, sedangkan
penghasilan masyarakat dalam satu tahun sebesar ≥ 500.000,00 adalah 20%.
b.
Manfaat terhadap masyarakat
Masyarakat yang menyatakan bermanfaat
dengan keberadaan obyek ekowisata itu adalah sebanyak 73,33%, masyarakat yang
menyatakan tidak bermanfaat sebanyak 10%, sedangkan masyarakat tidak tahu
sebesar 16,66%.
c.
Keberadaan obyek ekowisata mengganggu ketentraman
Tanggapan masyarakat terhadap keberadaan
obyek ekowisata yang menyatakan mengganggu ketentraman adalah 3,33%, masyarakat
yang menyatakan tidak tahu/ ragu-ragu adalah 10%, sedangkan masyarakat
menyatakan tidak terganggu adalah 86,66%.
d.
Keterlibatan masyarakat
Keterlibatan masyarakat dengan
keberadaan obyek ekowisata yang menyatakan terlibat secara langsung adalah
sebanyak 40%, masyarakat yang menyatakan tidak terlibat langsung sebanyak
46,66%, sedangkan masyarakat yang tidak terlibat sama sekali adalah 13,33%.
- Pengelola Obyek Ekowisata (Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata)
Menurut
Janianton (2006:21) pemerintah mempunyai otoritas dalam pengaturan penyediaan,
peruntukan berbagai infrastruktur yang terkait dengan kebutuhan pariwisata.
Sehingga berdasarkan hasil analisis data mengenai pengelola objek wisata,
sebagai berikut:
a.
Penghasilan
Pegawai Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Pacitan yang mendapatkan
penghasilkan ≤ 1.000.000,00 selama satu bulan adalah sebanyak 0%, penghasilan
pegawai sekitar 1.000.000 – 200.000 selama satu bulan adalah 25%, sedangkan
penghasilan pegawai dalam satu bulan sebesar ≥
2000.000,00 adlaah 75%.
b.
Tingkat pendidikan
Pegawai Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Pacitan yang memiliki tingkat pendidikan Sarjana/ S1 adalah sebanyak
60%, pegawai dengan tingkat pendidikan SMA adalah 20%, sedangkan pegawai yang
tingkat pendidikannya S2/Pasca Sarjana yaitu sebanyak 20%.
c.
Peran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Peran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Pacitan sebagai penentu kebijakan yang sebanding dengan peran
pemantau adalah sebanyak 30%, sedangkan yang menyatakan sebagai pengelola
adalah 40%.
d.
Kerterlibatan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Keterlibatan Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Pacitan dalam upaya konservasi kawasan karst yang terlibat
aktif dalam upaya konservasi kawasan karst adalah sebanyak 95%, keterlibatan
dinas yang tidak berperan aktif adalah 5%, sedangkan yang menyatakan tidak tahu
adalah 0%.
IV.
KESIMPULAN
- Tingkat potensi ekowisata kawasan karst Kabupaten
Pacitan Bagian Barat didominasi oleh kelompok potensi sedang. Obyek
ekowisata dengan nilai potensi tinggi adalah Goa Gong dan Goa Tabuhan.
Obyek ekowisata dengan klasifikasi potensi sedang adalah Pantai Srau,
Pantai Watukarung, Pantai Klayar, Luweng Jaran, dan Luweng Ombo. Sedangkan
obyek ekowisata dengan klasifikasi rendah adalah Pantai Nampu, Goa Putri
dan Goa Kalak.
- Karateristik wisatawan yang mengunjungi obyek ekowisata
kawasan karst Kabupaten Pacitan Bagian Barat adalah: mayoritas berumur
antara 19-30 tahun, mayoritas bejenis kelamin laki-laki, bertempat tinggal
di pulau jawa, jenjang pendidikan antara SMA-PT, bersetatus mahasiswa atau
pelajar, pola perjalanan berombongan, cara kedatangan dengan menggunakan
motor pribadi, baru satu kali berkunjung ke obyek ekowisata, lama
berkunjungnya antara 1 sampai 2 jam, memperoleh infromasi keberadaan obyek
dari teman, dan kesan setelah berkunjung obyek adalah mendapatkan kepuasan
batin.
- Sebagian besar masyarakat sekitar dan pengelola obyek
ekowisata di Kabupaten Pacitan Bagian Barat sangat mendukung dalam upaya
pengembangan kepariwisataan yang berada di Kabupaten Pacitan.
Daftar Pustaka
Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Pacitan. 2008. Pemetaan Daerah Sumber
Air dan Rawan Air. Pacitan : Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Pacitan.
Cholil. 2002.
Potensi Obyek Wisata Waduk Cengklik dalam Mendukung Pengembangan Pariwisata di
Kabupaten Boyolali. Yogyakarta, Skripsi : Fakultas Geografi Universitas Gadjah
Mada.
Fandeli,
Chafid & Nurdin, Muhammad. 2005. Pengembangan Ekowisata Berbasis Konservasi
Di Taman Nasional. Yogayakarta : Fakultas Kehutanan UGM, Pusat Studi Pariwisata
UGM, dan Kantor Kementerian Lingkungan Hidup.
Haryono, E.,
Wijayanti, P., & Lestari, Y. 2002. Publikasi Ilmiah Studi Karst. Yogyakarta
: Fakultas Geografi UGM.
Janianton D.,
& Helmut F. W. 2006. Perencanaan Ekowosata Dari Teori ke Aplikasi.
Yogyakarta : Penerbit Andi Yogyakarta.
Kartasapoetra.
1987. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Jakarta : Melton Putra.
Samodra H, S.
Gafoer dan S. Tjokrosapoetra. 1992. Geologi Lembar Pacitan, Jawa. Bandung :
Pusat Penelitian dan Pengembangan Bandung.
Setyowati,
Ira. Dewi. 2005. Analisis Potensi Obyek Wisata di Kabupaten Boyolali.
Surakarta, Skripsi : Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Suprayitno.
2002. Kebijakan Daerah Karanganyar dalam Pengembangan Ekowisata di Kawasan
Tawangmangu. Surakarta, Tesis : Program Studi Ilmu Lingkungan Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Surono, B.
Toha dan I. Sudarno. 1992. Geologi Lembar Surakarta dan Giritontro, Jawa.
Bandung : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.
Sutopo, H. B.
2002. Metode Penelitian Kualitatif : Dasar Teori dan Terapannya dalam Penelitian.
Surakarta : UNS Press.
Suwartono,
Gamal. 1997. Dasar-dasar Pariwisata. Yogyakarta : Penerbit Andi Yogyakarta.
Tamrin B.
Bachri. 1995. Pariwisata Gagasan dan Pandangan. Jakarta : Deparpostel.
Kabupaten
Pacitan Khususnya Karst Pacitan Barat Jawa Timur. Bandung: BAPPEDA Kabupaten
Pacitan dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.
Wahyudi,
Arie. 2000. Pengembangan Obyek Wisata Potensial Di Wilayah Pengembangan
Pariwisata (WPP) A Kalimantan Tengah. Yogyakarta, Skripsi : Fakultas Geografi
Universitas Gadjah Mada.
Yoeti, Oka A.
2000. Ekowisata Pariwisata Berwawasan Lingkungan Hidup. Jakarta : Pertja.
0 komentar:
Posting Komentar