Pages

Selasa, 21 Agustus 2018

GEOLOGI PULAU NUSA TENGGARA


Nusa tenggara berada diantara bagian timur pulau Jawa dan kepulauan Banda tediri dari pulau-pulalu kecil dan lembah sungai. Secara fisik, dibagian utara berbatasan dengan pulau Jawa, bagian timur dibatasi oleh kepulauan Banda, bagian utara dibatasi oleh laut Flores dan bagian selatan dibatasi oleh Samudra Hindia. Secara geologi nusa tenggara berada pada busur Banda. Rangkaian pulau ini dibentuk oleh pegunungan vulkanik muda. Pada teori lempeng tektonik, deretan pegunungan di nusa tenggara dibangun tepat di zona subduksi indo-australia pada kerak samudra dan dapat di interpretasikan kedalaman magmanya kira-kira mencapai 165-200 km sesuai dengan peta tektonik Hamilton (1979). Lempeng tektonik kepulauan Indonesia terletak di penggabungan tiga lempeng utama diantaranya lempeng indo-australia, Eurasia dan pasifik. Interaksi dari ke tiga lempeng tersebut menimbulkan kompleks tektonik khususnya di perbatasan lempeng yang terletak di timur Indonesia.

A.    KONDISI GEOLOGI

Pulau Nusa Tenggara atau dalam bahasa yang lebih lama dikenal sebagai kepulauan sunda kecil, merupakan sebuah gugusan pulau yang secara relative berada pada sebelah timur pulau jawa dan bali. Nusa Tenggara memanjang hingga di sebelah barat pulau timor, yang mana sudah menjadi Negara tersendiri. Nusa Tenggara pada dasarnya terbagi atas dua bagian, yaitu Nusa Tenggara bagian barat (NTB) dan Nusa Tenggara bagian timur (NTT). Dua bagian tersebut terintegrasi dengan Bali sehingga disebut dengan Kepulauan Sunda Kecil.

Nusa tenggara berada diantara bagian timur pulau Jawa dan kepulauan Banda tediri dari pulau-pulalu kecil dan lembah sungai. Secara fisik, dibagian utara berbatasan dengan pulau Jawa, bagian timur dibatasi oleh kepulauan Banda, bagian utara dibatasi oleh laut Flores dan bagian selatan dibatasi oleh Samudra Hindia. Secara geologi nusa tenggara berada pada busur Banda. Rangkaian pulau ini dibentuk oleh pegunungan vulkanik muda. Pada teori lempeng tektonik, deretan pegunungan di nusa tenggara dibangun tepat di zona subduksi indo-australia pada kerak samudra dan dapat di interpretasikan kedalaman magmanya kira-kira mencapai 165-200 km sesuai dengan peta tektonik Hamilton (1979).
Lempeng tektonik kepulauan Indonesia terletak di penggabungan tiga lempeng utama diantaranya lempeng indo-australia, Eurasia dan pasifik. Interaksi dari ke tiga lempeng tersebut menimbulkan kompleks tektonik khususnya di perbatasan lempeng yang terletak di timur Indonesia.
Sebagian besar busur dari kepulauan Nusa Tenggara dibentuk oleh zona subduksi dari lempeng Indo-australia yang berada tepat dibawah busur Sunda-Banda selama diatas kurun waktu tertier yang mana subduksi ini dibentuk didalam busur volcanik kepulauan Nusa Tenggara. Bagaimanapun juga ada perbedaan-perbedaan hubungan dari análisis kimia diantara batuan volkanik pada kepulauan Nusa Tenggara. Busur volkanik pada bagian timur wilayah sunda secara langsung dibatasi oleh kerak samudra yang keduanya memiliki karakteristik kimia yang membedakanya dari lava pada bagian barat busur Nusa Tenggara. Menurut Hamilton dibagian barat barisan pegunungan Nusa Tenggara dibentuk pada massa Senozoic.
Batuaan Volkanik didalam busur Banda dari kepulauan Nusa Tenggara yang diketahui lebih tua dari batuan pada awal miocene, ditemukan pada kedalaman 150 km dibawah zona gempa. Wilayah seismic di Jawa terbentang pada kedalaman maksimal 600 km ini merupakan indikasi dari subduksi dari sub-ocean lithosfer milik lempeng Australia.yang terletak dibawah busur Banda. Pada awal pleistosen di seberang Timor menunjukkan adanya tabrakan dari Timor dengan Alor dan Wetar, setelah semua lautan dimusnahkan oleh zona subduksi.
Ukuran dari deretan kepulauan volkanik perlahan-lahan akan semakin kecil dari timur pulau Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa , Flores, Wetar sampai ke Banda. Penurunan ini sangat terlihat nyata pada bagian timur Wetar, kemungkinan ini karena pantulan jumlah subduksi dari kerak samudra, Yang secara tidak langsung gerakannya berupa dip-slip di bagian barat Wetar dan gerakan strike-slip dibagian timurnya. Kemungkinan busur vulkanik dibagian timur wetar lebih muda dan kemungkinan busur volkanik yang asli di bagian timur Wetar telah disingkirkan oleh pinggiran batas benua Australia.
Sesuai dengan teori tektonik lempeng, Nusa Tenggara dapat dibagi menjadi menjadi 4 struktur tektonik yaitu busur belakang yang terletak di laut Flores, busur dalam yang dibentuk oleh kepulauan vulkanik diantaranya Bali, Lombok, Sumbawa, Cómodo, Rinca, Flores, Andora, Solor, Lomblen, Pantar, Alor, Kambing dan Wetar. Busur volkanik luar yang dibentuk oleh kepulauan non-volkanik diantaranya Dana, Raijua, Sawu, Roti, Semau dan Timor, dan dibagian depan busur dibagi kedalam dua bagian yaitu inner arc (busur dalam) dan outer arc (busur luar) dan bagian dalam ialah lembah yang dalam diantaranya lembah (basin) Lombok dan Sawu.
B.    STRATIGRAFI PULAU NUSA TENGGARA 
Pulau Nusa Tenggara atau dalam bahasa yang lebih lama dikenal sebagai kepulauan sunda kecil, merupakan sebuah gugusan pulau yang secara relative berada pada sebelah timur pulau jawa dan bali. Nusa Tenggara memanjang hingga di sebelah barat pulau timor, yang mana sudah menjadi Negara tersendiri. Nusa Tenggara pada dasarnya terbagi atas dua bagian, yaitu Nusa Tenggara bagian barat (NTB) dan Nusa Tenggara bagian timur (NTT). Dua bagian tersebut terintegrasi dengan Bali sehingga disebut dengan Kepulauan Sunda Kecil.
Secara tarikh geologi dasar, kepulauan Sunda Kecil memiliki proses pembentukan kepulauan yang hampir sama dengan kepulauan-kepulauan lainnya yang ada di Indonesia. Namun kepulauan Sunda Kecil tersebut memiliki kekhasan dikarenakan struktur kepulauannya yang terdiri atas pulau-pulau kecil diantara Bali hingga Timor. Pada dasarnya kepulauan Sunda Kecil merupakan kepulauan hasil bentukan pergerakan lempeng Indo – Australia, yang bergerak kearah utara sehingga mendesak lempeng Eurasia atau lempeng Asia Tenggara. Akibat benturan tersebut, lantai dasar benua yang semula berada bawah rata-rata permukaan daratan, menjadi terangkat dan membentuk gugusan kepulauan Sunda Kecil khususnya Nusa Tenggara. Sedangkan pulau-pulaunya memiliki karakteristik yang massif pada bentukan lahan vulkanik, bahkan cenderung masih aktif. Menurut Verstappen, Hal ini dikarenakan kepulauan Sunda Kecil dilewati oleh jalur pegunungan Busur Sunda (Mediteran) (Verstappen, 2013: Geomorphological Map).
Nusa Tenggara merupakan kepulauan yang berada diantara bagaian timur Jawa dan kepulauan Banda. Secara fisik, Nusa Tenggara terdiri atas pulau-pulau kecil, basin, lembah, serta sungai. Berdasarkan batas relatifnya, Nusa Tenggara dapat dijabarkan sebagai berikut:
Utara : Laut Flores
Selatan : Samudra Hindia
Barat : Jawa dan Bali
Timur : Tanimbar
Sehingga batas-batas Nusa Tenggara hampir keseluruhan merupakan lautan atau perairan. Hal ini yang membuat kompleksitas kondisi fisik Nusa Tenggara.
Ditinjau dalam sudut pandang geologis, Nusa Tenggara terletak pada satu sistem busur Sunda-Banda yang mana juga merupakan factor utama dalam proses pembentukan rangkaian kepulauannya yang bersifat vulkanik, khususnya pegunungan vulkanik muda. Apabila menilik teori tektonik lempeng, rangkaiann pegunungan vulkanik muda Nusa Tenggara memiliki konfigurasi tepat pada zona subduksi lempeng Indo-Australia yaitu pada kerak samudra, yang mana apabila magmanya diinterpretasikan, kedalamannya dapat mencapai 165-200km. selain itu, keberadaan busur Nusa Tenggara juga sangat berpengaruh terhadap kompleksitas struktur geologi Nusa Tenggara. Sebagian besar busur yang ada di Nusa Tenggara merupakan representasi dari adanya zona subduksi lempeng Indo-Australia pada kurun waktu tersier. Terdapat setidaknya 5 sistem yang memengaruhi kompleksitas struktur geologi Nusa Tenggara, yaitu: palung belakang yang terletak di laut Flores, busur dalam yang dibentuk oleh kepulauan vulkanik diantaranya Bali, Lombok, Sumbawa, Cómodo, Rinca, Flores, Andora, Solor, Lomblen, Pantar, Alor, Kambing dan Wetar, palung antara yang membagi atas dua wilayah, yaitu NTT dan NTB, dan busur luar yang dibentuk oleh kepulauan non-volkanik diantaranya Dana, Raijua, Sawu, Roti, Semau dan Timor, serta palung depan dibagi kedalam dua bagian yaitu inner arc (busur dalam) dan outer arc (busur luar) dan bagian dalam ialah lembah yang dalam diantaranya lembah (basin) Lombok dan Sawu.
Busur vulkanik timur Nusa Tenggara merupakan busur yang berbatasan langsung dengan kerak samudra, yang mana memiliki perbedaan dengan bagian barat busur nusa tenggara berdasarkan karakteristik lavanya. Pada bagian barat pegunungan nusa tenggara merupakan kawasan pegunungan yang terbentuk pada masa senozoikum. Sedangkan batuan vulkanik yang berada dalam busur banda merupakan batuan yang berumur lebih tua daripada batuan yang berumur early miosen, yaitu pada kedalaman 150km dibawah zona gempa. Wilayah seismik jawa adalah wilayah yang terbentang pada kedalaman sekitar 600km, serta merupakan indikasi suduksi sub-ocean litosfer antara lempeng Indo-Australia yang berada dibawah busur banda. Pada early pleistosen adanya tabrakan antara timor dengan Alor dan Wetar, yang terlihat setelah laut rusak karena adanya zona subduksi pada seberang Timor.
Ukuran dari deretan kepulauan volkanik perlahan-lahan akan semakin kecil dari timur pulau Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa , Flores, Wetar sampai ke Banda. Penurunan ini sangat terlihat nyata pada bagian timur Wetar, kemungkinan ini karena pantulan jumlah subduksi dari kerak samudra, yang mana secara tidak langsung gerakannya berupa dip-slip di bagian barat Wetar dan gerakan strike-slip dibagian timurnya. Kemungkinan busur vulkanik dibagian timur wetar lebih muda dan kemungkinan busur volkanik yang asli di bagian timur Wetar telah disingkirkan oleh pinggiran batas benua Australia. 
1.      Nusa Tenggara Barat 
Strtaigrafi Nusa Tenggara Barat pada dasarnya secara umum merupakan batuan tersier (batuan tertua), dan batuan kuarter (batuan termuda), serta didominasi batuan vulkanik dan alluvium. Batuan tersiernya merupakan perselingan antara sandstone kuarsa, breksi, lava, tuff, batu gamping, dan dasit. Pada pulau Sumbawa, terdiri atas lava, breksi, tuff, andesit, sandstone, tuffaan, claystone, dasit, tonalit, batu gamping berlapis, dasitan, batu gamping tuffaan, serta lempung tufaan. Batuan termudanya, pulau Lombok merupakan perselingan dari breksi gampingan, lava, breksi, lava tuff, tuff, batu apung, serta breksi lahar. Sedang di pulau Sumbawa, terdiri atas terumbu, koral terangkat, konglomerat, tanah merah hasil vulkanik, gunungapi tua, gunungapi Sangeangapi, gunungapi Tambora, gunungapi muda dan batugamping koral. Pada kedua pulau tersebut, terdapat endapan pantai dan alluvium cukup luas.
Tatanan geologi Nusa Tenggara Barat merupakan wilayah yang berada pada kawasan pertemuan dua lempeng, yaitu lempeng Indo-Australia dan lempeng Australia yang bertumbukan, menghasilkan tiga vulkan aktif bertipe A, yaitu gunung Rinjani, gunung Tambora, dan gunung Sangeangapi. Pada pulau Flores justru memiliki struktur geologi yang sama dengan pulau Jawa. Namun terdapat perbedaan pada struktur genatiklinal yang sebagian besar mengalami proses tektonik sekunder dermal, yaitu proses peluncuran menuju dasar laut, khususnya bagian utara.
Pulau Bali dan Pulau Jawa, berdasar pada sejarah hindu, maka menunjukkan bahwa keduanya terpisah pada tahun 208 masehi. Sedangkan perluasan dengan konfigurasi mengarah ke timur melalui proses vulkanis membentuk pulau-pulau kecil, seperti Bali, Lombok, Sumbawa, Flores, yang mana pada setiap pulau tersebut terdapat zona vulkan kuarter. Pada bagian utara Bali ditempati gunung Batur dan gunung Agung, pada bagian utara Lombok ditempati gunung Rinjani. Namun tidak nampak pada Sumbawa karena geantiklinalnya tenggelam di dasar laut dan membentuk teluk Sholeh. Sedangkan di Flores bekas geantiklinalnya terlihat pada pualu Komodo, pualu Rinca, serta teluk Maumere Flores timur. Punggungan dasar laut di sebelah selatan pulau-pulau tersebut terbentuk oleh busur luar yang bersifat non-vulkanik.
2.      Nusa Tenggara Timur
Pada bagian Nusa Tenggara Timur, yaitu mulai dari pulau Alor, Kambing, Wetar dan Romang, merupakan zona orogene timor dengan pusat penggelombangan di Flores. Terjadinya proses evolusi orogenik Nusa Tenggara Timur merupakan siklus yang kompleks. hal ini dikarenakan proses penggelombangan ini dimulai sejak early mesozoikum, termasuk didalamnya sirkum Australia yang menghasilkan busur dalam Sumba dengan konfigurasi mengarah ke timur laut serta busur luar Sawu yang mengarah ke timur laut. Pada periode tersier, kawasan tersebut mengalami proses penggelombangan dengan pusatnya berada di laut Flores, sebagai bagian dari sistem pegunungan Sunda. Distorsi-distorsi terdapat pada posisi interdeep Sumba, garis arah busur luar Rote hingga Timor yang mengarah ke timur laut.
Adapun daerah undasi di Orogene Timor sebagai berikut:
Busur dalam : Alor, Kambing, Wetar, non vulkanis
Palung Antara : Pulau Sumba-L. Sawu
Busur Luar : Dana, Raijua, Sawu, Rote, Semau, Timor.
Backdeep : Punggungan Batutaza.
Matinya aktivitas vulkanis pada daerah tersebut dikarenakan jalan keluar magma mengalami penyumbatan akibat pergeseran lempeng Australia ke utara. Namun beberapa ahli menyatakan bahwa tidak terdapat tanda-tanda adanya pergeseran lateral menuju ke utara disekitar Bantar hingga Alor, yang mana merupakan tempat matinya aktivitas vulkanis timur. Selain itu, tidak adanya perubahan konfigurasi structural busur luar akibat tekanan blok Australia, sedang busur tersebut akan menerima tekanan terlebih dahulu. Apabila ditelusuri lebih jauh, maka deretan busur dalam non-vulkanik tidak bersambung dengan deretan busur dalam Damar hingga Banda yang bersifat vulkanik, namun cenderung bersambung dengan zona Ambon yang non-vulkanik.
Hilangnya aktivitas vulkanik dari Alor ke arah timur, termasuk didalanya zona Ambon, dikarenakan berbatasan dengan dangkalan Sahul. Factor lainnya yang mungkin dapat berpengaruh terhadap hilangnya aktivitas vulkanik tersebut adalah:
  • Gaya endogen dari lapisan tektonosfer telah habis

  • Puncak asthenolithnya mungkin mengalami pembekuan sehingga saluran magma yang keluar tersumbat.
  •  Barat Tampar : kurang dari 200m

Sumbu geantiklinal Nusa Tenggara pada bagian timur tenggelam, sedangkan semakin ke barat semakin kelihatan. Hal ini dapat diasumsikan bahwa selat antara pulau yang ada di kawasan Sunda kecil mulai dari barat hingga ke timur semakin dalam. Hal ini ditunjukkan dengan:
  •   Antara Pantar Alor : 1140m
  •  Alor hingga Kambing : 1260m
  •  Kambing : 1040m
  •  Wetar hingga Roman : lebih dari 2000m
  • Timur Roman : 4000m
Rote merupakan pulau yang tersusun atas sedimen-sedimen yang mengalami pelipatan yang kuat, tertutup dengan karang berumur kuarter hingga ketinggian 430m. Pulau Sawu terdiri atas batuan pra tersier yang dikelilingi karang koral hingga setinggi 300m. pulau Timur terdapat puncak genatiklinal yang mengalami depresi memanjang mulai dari teluk Kupang hingga Lois. Menurut kepercayaan penduduk asli Timor, hampir kesluruhan Timor dahulunya merupakan laut, sedangkan yang merupakan pulau adalah gunung Lakaan. Hal ini berarti bahwa pulau Timor mengalami pengangkatan. Hal ini ditunjukkan dengan bukti ditemukannya sisa karang pada ketinggian lebih dari 1000m. Pulau tersebut mengalami over thrust, yang mana bantuan intrusinya banyak mengalami singkapan. Sheingga banyak ditemukannya bahan galian eksotis seperti emas, tembaga, chrome, dan uranium, namun dalam jumlah yang tidak ekonomis. Sebaran batuan di wilayah Timor dapat dikategorikan sebagai berikut:
            1.      Silicic antara Alor, Lembata, Sikka, Ende, Ngada, Manggarai, Kupang.
            2.      Matic Basic
            3.      Intermediate Basic
            4.      Pre Tersier Undivideo
            5.      Paleagen
            6.      Alluvial Terrace Deposit and Coral Reefs
            7.      Neogene
            8.      Keknenno Series 
            9.      Sonnebait Series
            10.  Sonnebait dan Ofu Series terefolde
            11.  Ofu Series
            12.  Silicic Efusive
            13.  Triassic
            14.  Crystalline Schist 
C.    FISIOGRAFI PULAU NUSA TENGGARA
Nusa Tenggara merupakan kepulauan yang terletak pada dua jalur genatiklinal hasil perluasan busur banda di sebelah barat. Genatiklinal tersebut membujur dari Pulau-pulau di Nusa Tenggara terletak pada dua jalur geantiklinal, yang merupakan perluasan busur Banda di sebelah barat. Geantiklinal yang membujur dari timur sampai pulau-pulau Romang, Wetar, Kambing, Alor, Pantar, Lomblen, Solor, Adonara, Flores, Rinca, Komodo, Sumbawa, Lombok dan Bali. Sedangkan dibagian selatan dibentuk oleh pulau-pulau Timor, Roti, Sawu, Raijua dan Dana. Punggungan geantiklinal tersebut bercabang di daerah Sawu. Salah satu cabangnya membentuk sebuah ambang yang turun ke laut melewati Raijua dan Dana, berakhir ke arah punggungan bawah laut di selatan Jawa. Cabang lain merupakan rantai penghubung dengan busur dalam yang melintasi daerah dekat Sunda.
      Secara umum, fisiografi Nusa Tenggara Barat adalah sebagai berikut:
Daratan : 3 %
Laut, Sungai, Danau : 1 %
Vulkanik : 90 %
Denudasional : 5 %
Karst : 1 %
     Sedangkan fisiografi Nusa Tenggara Timur adalah sebagai berikut:
Daratan : 10 %
Vulkanik : 36 %
Karst : 6 %
Struktural : 45 %
Laut, Sungai, Danau : 3 % 
1.      Palung Belakang
Di sebelah timur Flores dibentuk oleh bagian barat basin Banda selatan. Di sebelah utara Flores dan Sumbawa terbentang laut Flores, yang dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu: Laut Flores Barat laut, berupa dataran (platform) yang luas dan dangkal, yang menghubungkan lengan selatan Sulawesi dengan dangkalan Sunda. Kedua, Basin Flores Tengah, berbentuk segitiga dengan puncak terletak di sebelah selatan volkan Lompobatang, yang berhubungan dengan depresi Walanae. Sedangkan dasarnya terletak di sepanjang pantai utara Flores, yang merupakan bagian terdalam (-5140). Ketiga, Laut Flores Timur terdiri dari punggungan dan palung diantaranya, yang menghubungkan lengan selatan Sulawesi dengan punggungan bawah laut Batu Tara.
2.      Busur Dalam
Busur dalam Nusa Tenggara merupakan kelanjutan dari Jawa menuju Busur Dalam Banda. Di Nusa Tenggara merupakan punggungan geantiklinal. Selat diantara pulau di bagian barat dangkal dan menjadi lebih dalam ke arah timur. Fisiografi Sumbawa yang khas adalah adanya depresi yang memisahkan geantiklinal menjadi beberapa bagian, diantaranya berupa teluk di bagian timur. Teluk tersebut dipisahkan dari laut oleh pulau Mojo yang memberikan sifat khas dari depresi antar pegunungan pada puncak geantiklinal.
3.      Palung Antara dengan Sumba 
Palung ini berada di antara busur dalam volkanis Jawa-Bali-Lombok dan punggungan dasar laut sebelah selatan Jawa. Bagian terdalam terdapat di selatan Lombok, bercabang dua ke arah timur menjadi dua cabang yaitu sebelah utara dan selatan Sumba. Cabangcabang ini merupakan penghubung antara palung sebelah selatan Jawa dan Basin Sawu antara Flores timur dan Roti.
4.      Busur Luar
Pulau-pulau di nusa tenggara yang termasuk busur luar adalah: Dana, Raijua, Sawu, Roti, Seman dan Timor. Punggungan dasar laut dari selatan Jawa muncul sampai 1200m dibawah permukaan laut, selanjutnya turun ke arah timur sampai 4000 m. Palung antara tersebut sebagian terangkat. Selanjutnya sumbu geantiklinal itu naik lagi sampai ke pulau-pulau Sawu, Dana, Raijua, dan Sawu.
5.      Palung Depan
Palung depan Jawa dari sistem pegunungan Sunda itu membentang ke arah timur. Sampai di Sumba kedalamannya berkurang dan di sebelah selatan Sawu melengkung ke timur laut sejajar dengan Timor. Sampai di pulau Roti dipisahkan oleh punggungan (1940 m) terhadap palung Timor.
Referensi:
Awang Satyana: Catatan kecil pak awang. http://awangsatyana.blogspot.co.id/(diakses pada tanggal 18 oktober 2016)
Asef Tionanda : Makalah geologi Nusa Tenggara (Sunda kecil) https://www.academia.edu/9038937/Makalah_geologi_Nusa_Tenggara_Sunda_kecil?auto=download (diakses pada tanggal 18 oktober 2016)
Raad Assidiqy : Struktur Geologi Bali dan Nusa Tenggara https://www.academia.edu/12174893/Struktur_Geologi_Bali_dan_Nusa_Tenggara (diakses pada tanggal 18 oktober 2016)


0 komentar:

Posting Komentar